Lihat ke Halaman Asli

Bersyukur dengan Benar

Diperbarui: 4 Juli 2022   13:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri.sas.mlg.jpg.apl.canva.komp

Pembaca yang budiman, saudara sebangsa dan setanah air ...

Inti dari hidup ini adalah, kita harus bersyukur, berterima kasih kepada Tuhan karena kita telah diberi kesempatan untuk hidup sebagai manusia, mahluk biologis yang paling unggul yang mendiami bumi, sebagai bagian kecil dari alam semesta yang indah dengan berbagai tanaman dan binatang yang dihamparkan untuk menunjang kehidupan manusia . Kita juga diajarkan  ilmu pengetahuan  dan budaya-budaya kebaikan, sungguh karunia Tuhan yang luar biasa bagi manusia.

Lantas, bagaimana cara bersyukur yang benar? Apakah cukup hanya dengan mengucapkan kata “Thank’s God, terima kasih Tuhan, melantunkan puji-pujian dan  bersembahyang kepada Tuhan” ..?  Semua itu baru sebatas basa-basi kepada Tuhan. Basa-basi memang perlu , namun apalah artinya basa-basi,  bila perilaku kita sehari-hari justru banyak bertentangan dengan kehendak atau ketentuan Tuhan? Bukankah itu artinya kita telah bersikap munafik dan mempermainkan Tuhan?

Apa sih sebenarnya yang diinginkan Tuhan dengan menciptakan Bumi yang begitu indah dengan berbagai sistem di dalamnya yang begitu seimbang-sempurna? Yang jelas, Tuhan tidak menginginkan Bumi dengan berbagai sistem kehidupan di dalamnya menjadi rusak berantakan seperti saat ini. 

Untuk itulah Tuhan memberikan amanah kepada manusia dengan berbagai kelebihan dan pengetahuan yang diajarkan Tuhan untuk menjadi pemimpin, pengelola Bumi dan seisinya. Menjadi khalifah untuk memakmurkan, memajukan dan memperindah Bumi dengan tetap memelihara dan menjaga berbagai sistem keseimbangan ciptaan Tuhan. 

Jadi, bersyukur atau berterima kasih tidak sekedar berbasa-basi terhadap Tuhan, tapi harus direalisasikan dengan tindakan nyata, yakni, menjalankan, membangun, memperbaiki dan menjaga berbagai sistem keseimbangan di Bumi. 

Namun sayangnya, mayoritas manusia justru senantiasa merusak ciptaan Tuhan. Mulai dari merusak sistem keseimbangan di dalam tubuh biologis sendiri, membikin jurang ketimpangan sosial ekonomi dalam masyarakat, serta mengobrak-abrik keseimbangan alam. Semua itu  hanya demi memenuhi nafsu ambisi keserakahan. 

Alhasil, tubuh biologis manusia semakin lemah, banyak bermunculan berbagai penyakit, terjadi banyak  bencana alam yang semakin marak di berbagai belahan dunia, timbul berbagai konflik, mulai dari rumah tangga hingga perang antar negara. Inilah gambaran nyata bahwa mayoritas manusia di muka Bumi tidak bersyukur kepada Tuhan. Apalah artinya sembahyang, memuja-muja Tuhan kalau kita justru menjadi bagian dari perusak sistem keseimbangan ciptaan Tuhan ...

Oleh karena itu, agar kita selamat dari berbagai kehancuran yang mengerikan,  marilah kita bertaubat, memposisikan diri  menjadi orang-orang yang bersyukur dengan sebenar-benarnya. Yakni, berjuang untuk memperbaiki berbagai sistem keseimbangan ciptaan Tuhan. Dimulai dengan memperbaiki sistem keseimbangan diri, baik keseimbangan biologis maupun perilaku. Kemudian membentuk keluarga yang seimbang. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline