karena masih tergores dalam kamus hidup, agenda serta rencana
mentradisi membudaya berujung bersiklus dalam saban tahunnya
pulang kampung, selatan kampung dari titik udik, lalu menjadi hilir mudik
dan, tak sebatas itu jalan bergulirnya
meledak meluas merambah seantero negeri mewujud sebagai fenomena
memadu kasih berhiaskan cinta membuta dalam rupa irama lebaran
bersinggunglah pula dengan penanda hari raya selainnya, lantaran dipercaya dengan keyakinannya
adalah karena masih merasa sebagai insan rantau yang bermula dari udik bertaruh menuju hilir
karenanya tradisi yang membudaya itu meneteskan soal sejumput demi sejumput teruslah membongkah
risiko, insiden, waktu, tenaga, daya biaya tak lagi mengusik pikiran