Lihat ke Halaman Asli

Pantulan Gulita di Atas Pelita

Diperbarui: 17 Januari 2021   05:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Lelaku serba hipokrit ! 

Menari sambil terbahak di atas dera derita para tertindas. Tak berdaya karena tak punya kuasa...

Pelita yang kelip kedip, terbalut oleh pantulan gulita. Duka lara kian menganga oleh tirani yang tak pernah memahami, berdiri di balik asupan para punggawa yang hanya pada batas asal tuan senang...... 

Menyeruaklah ketidakpastian arah. Selimut gulita membungkam lantangnya wicara bercahaya. Redup, lalu mencari celah agar bisa menerobos dunia yang penuh kepalsuan. Saat itulah kejujuran dan kebenaran adalah langka, terlibas oleh kemunafikan yang semakin menggurita. Tergolek di belantara semak belukar berkisar bisa-bisa memupus harapan, angan yang sudah mulai teredam. Laksana kerakap di atas batu, hidup segan mati tak mau...  

Meleleh gumpalan cita anak manusia di seantero panggung budaya dan peradaban !

Bilakah kemenangan hidup akan mewujud ? Sementara, para pejuang penegak seperti mati suri anak negeri. Hanya terpana, saksikan pergumulan kebiadaban dan topeng maskulin penutup kepalsuan dan kemunafikan tiada tara...

Tunggulah saatnya tiba, biar sejarah yang bicara menjawabnya ! 

Teruskan dan peliharah pikiran dan rasa yang telah mati, yang sudah tak mau peduli lagi...

 Kota Malang, 17 - 01 - 2021, 04 : 32 WIB

Saat gerimis tak lagi menangis.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline