Lihat ke Halaman Asli

Ketika Lelakiku Pergi

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Juni tiga tahun lalu.
Setelah hampir 2 bulan lelakiku bertarung dengan sakit yang di deranya. Tuhan memutuskan untuk mengambilnya dari sisiku. Aku tak berdaya untuk tetap membuatnya bertahan sekalipun aku tlah menyiapkan seluruh jiwa dan raga ku untuk merawatnya hingga akhir hidupku.
Ruangan Cuci Darah di rumah sakit adalah saksi bisu perjuangan lelakiku untuk tetap bertahan dalam sakit. Aku disampingnya hanya mampu memberi kan semangat ketika proses pencucian darah dimulai.
Putra pertama kami yang berumur 3 tahun tertidur di gendonganku, sembari lelakiku menggemgam tangan ku kuat menahan sakit saat jarum dan selang selang itu terpasang di tubuhnya. Aku ingin sekali menangis, tapi kutahan, aku tak ingin lelakiku melihatku rapuh.
seminggu dua kali, lelaki ku harus menjalani ritual cuci darah untuk membuatnya sementara bertahan atas penyakit gagal ginjal. Dua dalam seminggu pula, aku terus saja setia mendampinginya.
Aku ingat pada malam itu sehari sebelum cuci darah, kami ngobrol berdua di kamar. Lelakiku berkata dan meminta maaf padaku.
" yank, maafin aku karena sudah 2 bulan ini tidak bisa ngasih nafkah lahir dan batin buat kamu"
Aku tersenyum dan menjawab " aku tak peduli, aku hanay peduli pada kesehatan mu"
" Kamu gak capek ngurusin aku?" tanya nya lagi
" gak akan pernah capek" jawabku
Lelaki ku kemudian memelukku, Mencium keningku dan bibirku.
Malam ini aku tak bisa terlelap, ku pandang wajah nya dan wajah puta-putriku bergantiannya. Tiba-tiba aku menangis. Tak tahan. Malam berlalu dengan Sedihku.

Juli tiga tahun lalu
3 hari lelaki ku koma, pikiranku kacau, hatiku galau. Air mata ku tlah terkuras untuk memohon pada Tuhan di tiap shalatku. Meminta pada Nya untuk memberi lelakiku kesembuhan. 3 hari tanpa senyumnya, tanpa tawa nya, tanpa tatapannya, tanpa suaranya.
3 berlalu dengan keajaiban, lelakiku tersadar dari tidur panjangnya. Senyum nya tersungging di bibirnya saat dia melihat putra dan putrinya duduk disampingnya.
"Yank ..." ujarnya lirih tanpa daya.
cepet kuusap air mataku, agar dia tak melihat tangis itu jatuh dari sudut mataku.

Agustus tiga tahun lalu
Hari ini adalah hari yang paling menyakitkan untukku. Hari yang seharusnya tak ingin ku lewati. Sehari setelah cuci darahnya yang ke 16 kali, kesehatannya kembali menurun. Pukul tujuh pagi, bergegas ku bawa dia keruang Unit Gawat Darurat sebab kondisinya semakin melemah. Dokter memutuskan untuk mencuci darah nya kembali dengan kondisi nya menurun. Tapi waktu itu Ruangan cuci darah penuh. Dia di jadwalkan untuk Cuci Darah pukul 5 sore.
sambil menunggu, dia masih sempat berkata pada ku untuk duduk disampingnya. Kemudian Dia menciumi seluruh wajah ku dan berkata " Makasih yank, dan maaf kan aku" ujarnya sambil terus menciumi wajahku.
" anak-anak mana?" ujarnya terbata-bata. Segera aku meminta mama ku untuk membawa anak-anakku kerumah sakit. Sampai di rumah sakit, lelakiku langsung memeluk dan menciumi wajah putra-putri kami. Sedangkan aku terus menangis, tak peduli dia tau aku rapuh akau kuat, aku ingin terus menangis.
pukul 4 sore hari, sejam sebelum Cuci darahnya. Lelaki Ku pergi, disaksikan kedua anak kami, aku, mama, dan kedua orang tuanya.
Aku luluh lantah, tubuhku remuk, hatiku merapuh .... Dalam tangis yang semakin tak mampu kutahan ku peluk putra-putri kami.
Aku kehilangan Lelakiku yang pergi dengan membawa separuh dari jiwaku, cintaku dan hidupku .... aku sendiri dalam sepi, dalam luka, dalam kesedihan.

hari ini,3 tahun setelah itu
Lelakiku terus ada di hidupku, setiap saat datang di mimpiku, ketika aku sedih, gembira, terluka. Dia masih mampu menjadi penyemangat dalam hidupku, dalam mengurus anak-anak yang dia titip padaku.
Lelakiku ... kau akan selalu hidup, sekalipun tidak dalam nyataku.

(2006 dalam sejuta kenangan. untuk lelakiku ; terimakasih dan maaf jika aku tak sempat jadi perempuan mu yang terbaik disisa hidupmu)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline