Novel "Terusir" karya Buya Hamka memberikan pendidikan bagi siapapun yang membacanya. Menjelaskan bagaimana seharusnya seseorang membina rumah tangga dan memberikan pesan dalam keadaan apapun tetaplah harus berpegang pada kebijaksanaan.
Novel yang pertama kali terbit pada tahun 1940 ini menjadi fenomenal selain karena isinya yang menarik, juga karena kemunculannya pada film "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk" yang juga merupakan adaptasi novel karya Buya Hamka. Meskipun disebutkan dalam beberapa adegan film tersebut namun novel "Terusir" sendiri memiliki isi yang berbeda dengan yang disebutkan dalam film "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk".
Novel ini mengisahkan seorang perempuan melayu bernama Mariah yang diusir oleh suaminya karena sebuah kesalahpahaman. Mariah yang berusaha sekuat tenaga agar dapat diterima kembali oleh suaminya, berusaha bertahan hidup dengan cara menumpang pada pamannya.
Demikian karena ia yang seorang yatim piatu tidak memiliki siapapun untuk dijadikan tempat bersandar. Mendapat perlakuan tidak layak dari istri pamannya memaksa Mariah harus angkat kaki dari rumah tersebut.
Ia mengadu nasib dengan bekerja sebagai pembantu. Seiring dengan tuan rumah yang akan berpindah ke Jawa Mariah juga ikut diboyong. Namun karena tuntutan pekerjaan akhirnya memaksa tuan rumah yang seorang bangsa Belanda untuk kembali ke kampung halamannya, sehingga Mariah hidup tanpa tujuan.
Demi menyambung hidupnya ia menikah dengan sesama pekerja di tempat tersebut. Namun nahas nasib Mariah malah menjadi semakin buruk pasca pernikahannya itu. Suaminya yang gemar berjudi dan berselingkuh itu menghabiskan uang simpanan Mariah dari hasil bekerjanya.
Demikianlah titik balik kehidupan Mariah yang memaksa ia harus menjadi seorang kupu-kupu malam. Seiring dengan berkembangnya waktu Mariah dengan kehidupannya yang baru bertemu lagi dengan sang anak yang telah tumbuh dengan masyhur. Pada akhirnya maut memisahkan ibu dan anak tersebut di muka pengadilan karena Mariah yang telah melakukan suatu pembunuhan.
Buku ini memiliki kelebihan dalam alur ceritanya yang menarik. Terutama pada bagian saat Sofyan, anak Mariah bertemu kembali dengan Mariah dalam keadaan yang pelik. Hal ini mengisyaratkan bahwa sebagai ibu dan anak ikatan batin keduanya tidak mudah dipisahkan oleh keadaan apapun.
Selain itu bahasa yang digunakan dalam novel ini juga sangat estetik karena menggunakan bahasa melayu. Sehingga setiap kalimat yang dimunculkan seperti syair dan menambah kesan antik untuk dibaca.
Hal yang paling penting dari novel ini adalah perkembangan karakter dari masing-masing tokohnya sangat baik, seperti Azhar mantan suami Mariah yang dalam hidupnya menyesali perbuatannya dahulu yang mengusir Mariah tanpa mencari suatu bukti yang jelas.