Lihat ke Halaman Asli

Resensi Buku Sastra Klasik Indonesia "Salah Asuhan"

Diperbarui: 15 Juli 2024   11:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar : Antara News

Judul : Salah Asuhan

Pengarang : Abdoel Moeis

Tebal : 273 halaman

Penerbit : PT. Balai Pustaka (Persero)

Tahun Terbit : 2009

Salah asuhan merupakan salah satu karya sastra legendaris di Indonesia. Salah asuhan memberikan warna dalam dunia kasustraan Indonesia dengan kemunculannya. Diterbitkan pertama kali pada tahun 1928, "Salah Asuhan" menjadi bacaan yang sangat diminati. Meskipun kini usianya telah hampir satu abad, novel ini masih diminati segala kalangan. Dengan pesan moral dan alur cerita yang disajikan memberikan hiburan sekaligus pengingat bagi para pembaca.

Menceritakan Hanafi seorang anak Melayu yang tak sudi berbangsa kelahirannya. Ia hidup sebagai anak yatim, tumbuh dengan didikan Belanda pasca disekolahkan ibunya di Betawi. Hidup jauh dari ibunya dan bangsanya sendiri menjadikan tabiat Hanafi menolak segala hal yang berkaitan dengan bangsa aslinya. 

Hanafi menilai bahwa bangsanya sendiri adalah bangsa yang bodoh dan tidak layak untuk diajak berkawan. Hanafi hanya menghendaki untuk berkawan dengan bangsa Belanda dan bangsa campuran. Persepsi Hanafi tentang bangsa Bumiputera mempengaruhi cara ia memperlakukan istrinya sendiri, Rapiah. Meskipun perkawinan Hanafi dan Rapiah merupakan hasil perjodohan ibunya, tetapi Hanafi sama sekali tidak menaruh cinta pada istrinya. Melainkan cintanya itu dia berikan sepenuhnya kepada Corrie teman masa kecilnya.

Seiring perjalanan waktu Hanafi diharuskan datang ke Betawi tempat sahabat karibnya itu kini bertempat tinggal. Hanafi jatuh cinta lagi pada Corrie dan menceraikan Rapiah. Hanafi kemudian menikahi Corrie dan membina rumah tangga. Namun dikarenakan perangai Hanafi yang memang buruk, perkawinananya dengan Corrie hanya bertahan 2 tahun. 

Pasca kehilangan segala hal yang dimilikinya, Hanafi mulai sadar bahwa ia merupakan manusia yang buruk budinya. Sehingga ia kembali ke kampung halamannya dan memohon maaf pada sang Ibu. Namun amat disayangkan karena Hanafi telah jatuh pada kondisi deresi berat, ia mengakhiri hidupnya dengan meminum zat beracun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline