Lihat ke Halaman Asli

Dyah R

"Bagian terbaik dari kehidupan adalah bagian yang kita syukuri."

Benarkah Pengkaderan = Mimpi Buruk Bagi Mahasiswa Baru?

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kader, pengkaderan, dan kaderisasi adalah kata-kata yang sering kita diidentikkan dengan para mahasiswa baru. Para mahasiswa baru yang notabene-nya masih mengalami pergantian iklim sekolah ke iklim perguruan tinggi, perlu melalui sebuah proses bernama pengkaderan.

Istilah pengkaderan sendiri sebenarnya telah lama ada, yang sering kita kenal dengan sebutan ospek, MOS, dan sebagainya.

Kader menurut KBBI adalah orang yang diharapkan akan memegang peranan penting dalam sebuah organisasi/badan. Dan pengkaderan (bakunya: pengaderan) adalah proses atau cara-cara yang dilakukan untuk membentuk seseorang menjadi kader.

Setiap organisasi tentu memiliki visi, misi, kebutuhan, dan karakteristik tertentu yang membedakan organisasi tersebut dengan organisasi lain yang sejenis. Segala macam perbedaan inilah yang membuat pengkaderan untuk sebuah organisasi belum tentu cocok diterapkan di organisasi lain, meskipun memiliki tujuan yang sama yaitu mempersiapkan kader-kader unggulan untuk melanjutkan regenerasi organisasi.

Regenerasi sendiri merupakan hal mutlak yang diperlukan untuk organisasi agar tetap eksis. Tanpa regenerasi maka organisasi akan mati seiring berjalannya waktu.

Kembali ke pengkaderan..

Ketika kita bicara soal pengaderan, pada orang tua yang memiliki anak yang baru saja memasuki perguruan tinggi seringkali was-was. Termasuk orangtua saya. Di awal-awal saya menjadi mahasiswa baru (sudah lebih dari lima tahun yang lalu), mereka sering mewanti-wanti agar saya tidak ikut demo, tidak ikut ini itu. Orangtua saya khawatir sebab mereka sering mendengar ada saja mahasiswa yang meninggal setiap tahunnya, yang konon kabarnya gara-gara “pengaderan”.

Apakah itu benar? Apakah pengaderan merupakan pemantik penyebab meninggalnya si mahasiswa? Tak pernah terjawab secara pasti.

Point yang ingin saya tekankan disini, yaitu pengkaderan (pengaderan) adalah proses. Ia adalah sesuatu yang bersifat netral, jika berdiri tunggal sebagai sebuah kata. Berbeda halnya ketika kita mengaitkan kata “pengkaderan” dengan organisasi tertentu, misal organisasi A. Maka ketika kita membahas pengkaderan organisasi A, berarti kita membicarakan bagaimana organisasi A mendidik anggotanya agar mampu meneruskan proses regenerasi di organisasi A tersebut. Dan itu pula berarti kita membicarakan tentang value (nilai) dan karakteristik yang ada pada organisasi A tersebut.

Jadi, secara subyektif, saya sangat keberatan jika ada pendapat yang mengatakan bahwa

“Pengkaderan itu harus dihapuskan”

Atau berkata

“Pengkaderan itu tidak berguna”

Ayo kita cermati. Dua kalimat di atas perlu dipertanyakan sebelum diprotes lebih lanjut. Pertanyaannya..

“Pengkaderannya siapa (organisasi mana)”

Atau

“Pengkaderan yang seperti apa?”

Atau

“Tidak berguna bagi siapa?”

Tiga pertanyaan itu saja sudah bisa mematahkan argumen yang mengatakan bahwa “pengkaderan harus dihapuskan” atau “pengkaderan itu tidak berguna”.

Pengkaderan (pengaderan) adalah sesuatu yang mutlak diperlukan dalam sebuah organisasi atau sebuah badan atau juga dalam sebuah perusahaan. Perbedaannya hanya terletak pada persoalan metodologi. Pengkaderan (pengaderan) yang baik adalah pengaderan yang mampu menjawab tantangan zaman. Untuk itu metode pengkaderan dari tahun ke tahun mungkin saja berubah, jika dianggap tidak relevan lagi (tidak mampu menjawab tantangan zaman).

Pengkaderan itu sebenarnya sama dengan training/ pelatihan-pelatihan pada sebuah perusahaan. Pengkaderan dalam sebuah organisasi dan pelatihan-pelatihan pada perusahaan, keduanya sama-sama bertujuan untuk meningkatkan mutu SDM agar mampu menyesuaikan diri dengan iklim organisasi, dan di kemudian hari diharapkan mampu ikut memajukan organisasi maupun perusahaan.

Pengkaderan di organisasi adalah batu-batu loncatan yang dapat membuat kita berproses menjadi lebih baik jika kita berhasil melewatinya. Saya telah membuktikannya!.. Bagaimana dengan kamu? :)

***

Makassar, 23.56 WITA, Kamis, 13 Oktober 2011.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline