Aku hanya memandangmu dari seberang jalan
Saat kau datang dengan kemegahanmu
Perlahan kau membawakan arah ke hadapanku
Arah menuju pintu ruang keangkuhanmu
Terseret derasnya kalimatmu
Terpuruk dan memaksa bangkit dengan ke akuanku
Meski mataku basah berkali-kali karena tajamnya makianmu
Sesaat ketika aku mulai merapuh
kau selimuti hangat sisi beku diriku
Kau peluk hingga menghangat dan penuh