Lihat ke Halaman Asli

Dyah Rembulansari

Guru di SMK Negeri 2 Bondowoso

Menjadikan Pancasila Pemenang di Hati Generasi Indonesia

Diperbarui: 1 Juni 2023   18:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompas.com

Mengajarkan Pancasila adalah hal mudah sekaligus rumit pada era millennial ini.  Saat pertumbuhan informasi seolah meledak tak terkendali. Namun, sulit bukan berarti tak bisa untuk dilakukan. Karena Pancasila adalah Dasar Ideologi bangsa, menjadi hal yang mutlak sejak dini untuk ditanamkan pada pemikiran-pemikiran generasi yang lahir di bumi Nusantara.

Pancasila menempati ruang tertinggi bagi seluruh warga negara Indonesia, bahkan seluruh dunia mengakui kemurnian nilai-nilai Pancasila dapat mengguncang dunia saat di sah-kan menjadi Dasar Negara Indonesia. Pancasila dengan kekuatannya mampu menyatukan semua elemen dari segala perspektif golongan para pendiri bangsa.

Dahsyatnya Pancasila telah terbukti dari masa ke masa, hingga masa yang penuh carut marut tak terjeda yang terjadi saat ini. Tanpa kita sadari generasi yang memegang teguh nilai-nilai Pancasila masih nyata, masih mampu berdiri di antara para angkara, meskipun pergolakan dan penghianatan tatanan nilai juga sedang merajalela tanpa rasa malu dan salah.

Sebagai warga negara kita harus meyakini, bahwa generasi Indonesia tak sehancur kekhawatiran kita, banyak pewaris tahta yang masih mengakar-kan Pancasila pada setiap lakunya. Tuhan tak akan pernah membiarkan takdir kemerdekaan kita terenggut begitu saja, oleh sebab itu kita juga tak boleh memupuk rasa menyerah. 

Berhenti berpikir pesimis, dan apatis. Mulai yakinkan kembali pewaris Pancasila masih mampu berkuasa di bumi Indonesia tercinta. Kita akan buktikan bersama bahwa Pancasila memang bagian takdir dari kemerdekaan negara kita. Karena keyakinan yang kuat tentu akan mengantarkan energi yang lebih hebat untuk membuktikan bahwa nilai-nilai tiap sila Pancasila masihlah mencengkram hati rakyat Indonesia.

Di segala era dan masa, Pendidikan adalah ujung tombak pembentukan generasi bangsa. Bahkan di tengah diskusi panjang tak berkesudahan tentang berubahnya kurikulum, sejatinya Pancasila masih jadi penopang berjalannya dasar Pendidikan karakter negeri ini. 

Tak perlu kita debat kusir tentang berbagai istilah yang berubah dari masa ke masa dan dari perubahan kurikulum yang akan terus berubah dari setiap jaman, yang perlu kita pertahankan adalah kemurnian nilai Pancasila, yang telah terbukti tetap menjadi obat penawar di setiap masa.

Hampir semua tulisan, pidato, bahkan lagu jiwa anak negeri ini menginginkan Pancasila jangan hanya sebagai pelengkap hikmatnya upacara bendera, atau hanya menjadi rumusan kalimat yang wajib dihapal oleh setiap warga negara.

Bukankah hal ini menunjukkan betapa banyak cinta yang masih melimpah untuk mempertahankan nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, berita indah tentang bagaimana indahnya toleransi perlu kita unggah dan jadikan konsumsi yang paling menakjubkan untuk dijaga. 

Berhenti meruncingkan perdebatan antar agama, bungkam ego untuk menunjukkan arogansi kefanatikan kita. Karena setiap penganut agama sudah pasti merasa agamanya lah yang paling benar di hati mereka. Kita memang punya rasa yang sama, meskipun keyakinan kita tetaplah berbeda.

Saatnya menumbuhkan keyakinan, bahwa kita sama-sama membutuhkan keadilan dan kesantunan rasa yang diamanatkan Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Kita masih ada dalam Rahim yang sama, masih ada dalam dada gagahnya Garuda Pancasila, dipersatukan oleh lambang Bhineka Tunggal Ika yang erat tak terlepas dari cengkraman kakinya. Pada dasarnya kita memang lahir dari rasa yang sama, meski wajah dan kadang budaya kita berbhineka tapi keragaman ini adalah hal yang harus membuat kita bangga karena tak semua negara memiliki keragaman yang kaya seperti Indonesia kita tercinta.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline