Lihat ke Halaman Asli

dyah puspitarini

Mahasiswi yang punya hobi menulis

Misoginis pada Perempuan

Diperbarui: 9 Februari 2023   14:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi perempuan sebagai korban (Pinterest.com/Freepik) Image caption

Seperti yang dikutip dari Halodoc.com misoginis adalah sindrom yang membuat seseorang membenci perempuan tanpa sebab. Sindrom ini akan membuat seseorang memandang perempuan sebagai penyebab kesalahan dalam satu masalah. Misogini mengakibatkan seseorang cenderung membenci, memandang rendah, dan melakukan diskriminasi terhadap perempuan. Banyak orang yang berpikir jika misogini hanya terjadi pada laki-laki saja, namun misogini juga dapat terjadi pada perempuan.

Pada Agustus 2022 beredar sebuah video pendek di sosial media yang dalam video tersebut, si pemilik video bersama suaminya yang menuduh karyawati J.Co menggoda dan bersikap genit terhadap suaminya. Namun, yang sangat disayangkan adalah kalimat yang diucapkan pemilik video kepada para karyawati gerai tersebut. Selain bersikap kasar dan mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas diucapkan di tempat umum, pasangan suami istri tersebut juga menuduh jika karyawati gerai tersebut tidak perawan dan meminta karyawati tersebut untuk pergi ke dokter dan melakukan tes keperawanan. Bahkan menjadikan status keperawanan karyawati tersebut sebagai taruhan.

Kalimat yang diucapkan terhadap karyawati J.Co tersebut sudah termasuk pelecehan seksual secara verbal. Dalam hal ini pemilik video dapat dianggap memiliki kebencian berlebihan terhadap perempuan atau disebut misoginis.

Pemikiran misoginis tersebut terjadi di alam bawah sadar seseorang yang bisa terjadi karena banyak faktor. Mulai dari adanya salah pola asuh pada anak hingga seperti yang dikutip orami magazine berdasarkan artikel dari Phychology Today adalah misoginis biasanya merupakan kebencian bawah sadar yang dibentuk pria di awal kehidupan. Kondisi ini seringkali terjadi sebagai akibat dari trauma yang melibatkan sosok wanita yang mereka percaya. Misalnya, seorang ibu, saudara perempuan, guru, atau pacar yang kasar.

Misoginis tersebut nantinya akan melahirkan paham patriarki. Berkaca pada kasus viral tersebut pemikiran misoginis dan patriarki dapat dicegah dengan memberikan pemahaman jika laki-laki dan perempuan memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam hal pendidikan, karir, hingga kehidupan bermasyarakat.

Perempuan tidak hanya dapat dinilai berdasarkan status perawanannya saja. Namun, sikap dan pemikiran yang dimiliki oleh seorang perempuan lah yang menentukan nilai dirinya. Selain itu, merendahkan orang lain hanya karena kepercayaan diri dan sikap posesif yang berlebihan bukan hal yang dapat dibenarkan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline