Salam dan Bahagia
Kemarin, hari Selasa, 6 Juni 2023, saya dibuat terharu oleh Ibu Fasilitator Juniarti Manalu, PP dan teman-teman CGP Angkatan 8 Kelas 074 Kabupaten Purbalingga. Mereka mengapresiasi semangat belajar saya, dan menjadikannya inspirasi agar mereka juga tetap semangat. Sebenarnya ada kisah dibalik kejadian ini semua. Untuk itulah saya akan menuangkan kisahnya di sini. Sebuah kisah untuk mengapresiasi, dan pengungkapan rasa bangga saya terhadap ibu saya.
Ibu saya, Sukesi (75), sekitar 20 tahun yang lalu, pensiun dari pengabdiannya di RSUD kota kelahiran saya, dengan jabatan terakhir sebagai (kalau tidak salah) kepala pengadaan barang. 3 tahun sebelum memasuki masa pensiun, beliau kuliah di akademi perawat. Sudah tentu seperti saya, beliau adalah mahasiswa tertua di sana, yang teman-temannya bahkan lebih muda dari saya yang waktu itu sudah menjadi guru di sekolah nasional plus di Jakarta, dan dua adik laki-laki saya yang sedang kuliah di Universitas Gajah Mada. (Catatan : saya menjadi CGP Angkatan 8, di usia 47 tahun).
Kalau dilihat secara kasat mata, untuk apa kuliah, karena setelah lulus pun akan pensiun. Tetapi, keluarga kami, tidak memandangnya demikian. Ini adalah wujud eksistensi beliau, dan kami tentu saja mendukungnya. Belajar tak kenal usia, belajar juga membuka cakrawala baru dalam cara pandang kita bersikap, bersosialisasi dengan orang-orang baru, mencerdaskan diri sendiri, dan pastinya akan ada manfaatnya untuk diri sendiri dan sesama.
Setelah pensiun, beliau mengabdikan diri pada kegiatan masyarakat. Beliau aktif sebagai kader kesehatan di Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal, sampai sekarang. Setiap hari, beliau berkegiatan dan menikmati pengabdiannya kepada masyarakat di bidang kesehatan, bahkan masih sempat belajar menggunakan gawai agar dapat melaksanakan tugasnya secara online. Semoga beliau sehat selalu.
Semangat ibu saya, yang menjadi contoh bagi saya. Pesan ayah saya, yang menjadi pegangan bagi saya, belajarlah sampai kamu bisa menjadi manusia bijaksana. Saya belajar di CGP Angkatan 8, alasan utamanya hanya anak saya, baik anak saya di rumah dan anak-anak saya di sekolah, supaya dapat menjadi contoh bagi mereka untuk terus belajar dan meningkatkan potensinya.
Belajar tidak kenal usia, hanya membutuhkan semangat dan konsistensi. Saya tahun 2002, meskipun sudah lulus dari 2 universitas di Jogja, 20 tahun kemudian, saya kembali lulus dari universitas terbuka. Tapi jangan membayangkan kalau saya ini doktor ya, bukan, belum. Saya waktu itu kuliah karena ada masalah pribadi, supaya tetap waras pola pikirnya.
Akhir kata, ayo kita tetap menjaga semangat kita untuk tetap belajar. Belajar tak kenal usia. Ilmu berkembang mengikuti perubahan jaman, jangan tergilas di dalamnya. Jangan tumbuh menjadi katak dalam tempurung, tetapi bukalah hati dan pikiran untuk kemajuan diri kita, untuk mengapresiasi diri bahwa kita mampu melakukannya, untuk mengeksplorasi diri sendiri, untuk menghargai diri kita sendiri, dan yang terpenting adalah sebagai contoh bagi generasi muda. Semangat, semangat, dan semangat.
Dedicated to mom n K - all with love
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H