Di suatu siang saat aku dan keluarga baru saja pulang dari rutinitas sedang beristirahat diruang tamu dan berbicara tentang banyak hal, tiba-tiba ada sebuah mobil parkir dipinggir jalan yang kebetulan rumah kami memang berada dipinggir jalan. Beberapa sosok manusia turun dari mobil dengan petentang-petentang sambil melongok-longok lampu penerangan jalan dan dua buah meteran listrik yang ada yang ada di depan rumah. Bebearapa saat kami sekeluarga hanya diam melihat orang-orang itu sambil sedikit tertawa karena orang-orang itu tampak bingung karena didepan rumah kami ada dua buah meteran listrik, padaahal yang satu itu adalah milik tetangga kami yang memang meteran listrik itu dititipkan karena dulu katanya petugas PLN kabel penghubung tidak bisa samapi ke rumah tetangga kami itu karena tidakada jalurnya. Sebenarnya kami ya agak tidak setuju tapi namanya orang desa cuma tibo pekewuh jadi ya akhirnya kami berikan ijin nitip meteran listrik.
Tak lama kemudian kami keluar karena orang-orang itu semakin penasaran. Salah seoarang menyapa ayah saya dan bilang kalau mereka adalah petugas PLN yang sedang melakukan sidak dan sosialisasi tentang penggunaan pajak penerangan jalan. Katanya lampu yang kami pasang didepan rumah terlalu besar dan tidak efisien karena PLN sedang mengalami defisitlistrik yang menyebabkan kerugian sangat besar. Katanya lebih baik lampu penerangan jalan itu diambil dari listrik rumah kami saja untuk mengurangi kerugian listrk yang diderita PLN. Dengan lagak yang sok pinter padahal sebenarnya ga tahu apa-apa aku menyahut aja karena omongan mereka semakin nyebelin aja. Enak aja pak kalo lampu penerangan jalan kok pakai listrik rumah kan sudah ada dana untuk penerangan jalan. Bapak itu masih ngeyel aja katanya PLN lagi mengalami kerugian. Aku pun tak kalah ngeyelnya, ah enak aja pak kalau harus pakai listrik enak di bapak rugi dikeluarga saya donk, sekarang semua rumah-rumah yang memakai jasa listrik PLN kan dapet jatah untuk pajak penerangan jalan tapi kan nggak semua orang memakai penerangan jalan. Orang-orang yang rumahnya ditengah-tengan desa digang sempit nggak mungkin memanfaatkan pajak penerangan jalan. Nah kemanakah dana dari pajak penerangan jalan dari orang-orang yang membayar pajak penerangan jalan itu tapi nggak memanfaatkan penerangan jalan? Sebenarnya dana itu bisa digunakan untuk membantu orang-orang yang kebetulan rumahnya ada dipinggir jalan yang sebenarnya mereka yang rumahnya dipinggir jalan pun sudah membayar pajak penerangan jalan tiap bulannya.
Akhirnya bapak itu pun terdiam dan salah seorangnya lagi mengalihkan pembicaraan yang lain dan masih mencoba mencari-cari kesalahan. Orang itu lalu menunjuk-nunjuk meteran listrik yang ada kok ada dua buat apa. Ayaha saya langsung menjawab itu yang satu lagi adalah titipan milik tetangga. Lalu bapak petugas itu dengan sewotnya menyalahkan ayah saya kenapa mengijinkan tempat untuk menitipkan meteran itu katanya bisa dikanakan denda loh. Wah langsung aja dibanting tu petugas silahkan mau didenda tapi yang tahu prosedur pemasangan listrik itu kan anak buah bapak sendiri kalau saya kan mau nggak memberi izin nitip kayaknya tidak etis karena kami hidup didesa, nanti gantian aja saya yang nyalahin anak buah bapak karena meraka adalah yang menyarankan kepada tetangga agar meteran listrik itu dititipkan dirumah saya ini. Petugas itu mungkin sudah terlalu jengkel dengan bantingan-bantingan pernyataan dari keluarga kami dan akhirnya mereka pergi tapi sebelum pergi masih diulangi juga berkata pak sebaiknya lampu penerangan jalan ini memakai listrik rumah bapak saja,, ooo dasar ngeyelan.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H