Lihat ke Halaman Asli

Di Bawah Langit Firenze

Diperbarui: 29 November 2024   20:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Roman. Sumber ilustrasi: pixabay.com/qrzt

Di Bawah Langit Firenze

Senja mulai melukis langit Firenze dengan warna jingga keemasan. Di tengah hiruk-pikuk Piazza della Signoria, seorang pelukis muda bernama Lorenzo sibuk mengamati orang-orang yang berlalu-lalang. Namun, matanya tertahan pada satu sosok---seorang wanita yang berdiri di dekat air mancur, gaunnya bergelombang lembut tertiup angin sore. Wajahnya teduh, seperti sosok yang terlahir dari kanvas lukisan Renaisans.

Wanita itu bernama Isabella, seorang putri bangsawan yang memilih melarikan diri dari kehidupan istana yang penuh aturan. Ia ingin mencari kebebasan, sesuatu yang selama ini terasa seperti mimpi baginya.

Lorenzo, dengan tatapan penuh rasa ingin tahu, mendekatinya.
"Permisi, signorina, apakah saya boleh melukis Anda?" tanyanya, dengan senyum yang tak mampu ia tahan.

Isabella terkejut, tapi kemudian tersenyum kecil. "Mengapa saya? Di sini banyak wanita lain yang lebih pantas menjadi objek lukisanmu."

Lorenzo menggeleng. "Mereka adalah bunga, tapi Anda adalah matahari. Cahaya Anda adalah yang ingin saya abadikan."

Malam itu, mereka duduk di tepi Arno, bercakap tentang dunia. Lorenzo bercerita tentang kehidupannya sebagai pelukis miskin yang hanya bertahan hidup dari karya seni kecil, sementara Isabella mengungkapkan keresahannya tentang kehidupan yang terbelenggu. Semakin banyak kata yang terucap, semakin mereka merasa bahwa mereka menemukan sesuatu yang tak terjelaskan.

Hari-hari berlalu, dan setiap sore, Isabella kembali ke studio Lorenzo. Ia duduk di kursi kayu, dikelilingi oleh aroma cat minyak dan suara lembut kuas yang menyentuh kanvas. Lorenzo tak hanya melukis wajahnya, tetapi juga mempelajari jiwanya---sosok yang kuat namun rapuh, penuh cinta namun terluka.

Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Isabella tahu bahwa waktunya terbatas. Ayahnya telah mengirimkan penjaga untuk mencarinya.

"Saya harus pergi," kata Isabella suatu sore, matanya berkaca-kaca.

Lorenzo menggenggam tangannya. "Tetaplah. Saya tak peduli apa yang akan terjadi. Dunia ini terlalu indah jika saya harus kehilangan Anda."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline