Lihat ke Halaman Asli

Dyah Ayu Annisa Mulia

Part-time writer

Menghilangkan Kebiasaan Menunda Alias Prokrastinasi Bersama Psikolog dan Co-Founder Satu Persen

Diperbarui: 14 September 2020   12:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok.satupersen

Bicara tentang prokrastinasi atau menunda-nunda pekerjaan, siapa sih yang pernah ngalamin? Misalnya kamu punya deadline tugas seminggu lagi dan kamu ngerasa waktu seminggu itu cukup banyak untuk mengerjakan tugas itu. Terus kamu mikir "ah ntar aja lah ngerjainnya, masih banyak waktu kok", lantas kamu berleha-leha melakukan hal yang lebih kamu sukai seperti nonton drama/main game terus tiba-tiba udah h-2 deadline. Prokrastinasi ini biasanya disebabkan karena regulasi diri yang rendah, sifat impulsif, dan motivasi yang rendah. 

Masalah prokrastinasi ini emang cukup banyak dialami oleh anak muda. Hal inilah yang melatar belakangi Satu Persen menggelar webinar berjudul "Manajemen Waktu: Stop Menunda-nunda Pekerjaan". Harapannya para anak muda yang mengikuti webinar ini akan paham tentang faktor apa saja yang membuat prokrastinasi dan cara mengatasinya. 

Pemateri webinar ini dibawakan oleh psikolog dan co-founder Satu Persen. Materi pertama akan dibawakan oleh psikolog dari Satu Persen Ni Puti Mayda Anggraini Artana, M.Psi. Mayda akan tentang dampak merugikan dari prokrastinasi. Kemudian materi akan dilanjutkan oleh Ifandi Khainur Rahim, S. Psi (Evan). Evan adalah co-founder, CEO, sekaligus mentor di Satu Persen. Evan akan menyampaikan materi tentang cara melepaskan diri dari prokrastinasi.

Saat sesi pertama, Mayda membuka materi tentang fenomena prokrastinasi yang sering dihadapi anak muda berusia 14-29 tahun. Dimana banyak yang beranggapan mereka mendapatkan power mereka ketika sudah diambang deadline atau "the power of kepepet". Lalu Mayda menjelaskan jenis-jenis prokrastinasi yaitu aktif dan pasif. 

Prokrastinasi aktif adalah menunda pekerjaan untuk melakukan pekerjaan lainnya yang lebih bernilai, sedangkan prokrastinasi pasif adalah menunda pekerjaan untuk, namun tidak melakukan apa-apa. Selanjutnya Mayda menyampaikan poin utama dari materi yang ingin disampaikan yaitu penyebab prokrastinasi, dampaknya, dan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.

Materi dilanjutkan oleh Evan yang membawakan materi lanjutan yaitu tentang langkah keluar dari prokrastinasi. Menurut Evan, prokrastinasi adalah hal yang normal dilakukan oleh manusia dan berdasarkan riset 88% orang secara rutin melakukan prokrastinasi. Evan menambahkan prokrastinasi akan menjadi masalah ketika itu menjadi sebuah kebiasaan dan merugikan diri sendiri. Kemudian dilanjutkan pembahasan materi materi inti yaitu pentingnya menjaga kesehatan fisik dan mental, menemukan motivasi yang tepat, miskonsepsi dari prokrastinasi, mengatasi prokrastinasi dan emosi negatif, dan mengatasi prokrastinasi berdasarkan penyebabnya. Sesi dua diakhiri dengan sesi tanya jawab antara pemateri dan peserta.

Menurut testimoni peserta webinar, Windy, dia mengikuti webinar ini karena topiknya menarik dan sesuai dengan keadaan masalah dia. Menurut Windy pemateri membawakan materi dengan handal juga membuatnya senang dan sangat puas mengikuti webinar ini. 

Setelah dari webinar ini Windy juga merasa lebih yakin untuk tidak menjadi prokrastinator lagi. Iqomah juga memberikan alasan mengikuti webinar adalah arena merasa butuh memperbaiki diri dalam mengatur waktu dan meningkatkan produktivitas. 

Iqomah juga jadi lebih memahami bahwa prokrastinasi adalah hal yang wajar dan bagaimana cara kita untuk lebih memaafkan diri sendiri karena memang terkadang ada kalanya kita merasa lengah. Lalu kedepannya bisa pelan-pelan merubah diri dan berusaha merubah perilaku lebih baik. 

Albert juga mengatakan ingin mengikuti webinar ini karena ingin menyelesaikan masalahnya dan mendapat informasi lebih terkait prokrastinasi. Albert juga merasa webinar ini sangat memuaskan dan bermanfaat terutama dalam menambah pelajaran bagaimana cara mengatasi prokrastinasi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline