Secondary modeling system (Lotman, 1972:21), artinya adalah bahasa yang teraplikasi pada puisi berada pada tataran tingkat dua. Tingkat dua mengandung makna bahwa bahasa puisi mengambil jalan berbeda dalam mengekspresikan kehidupan.
Dalam kehidupan sehari-hari, dan kehidupan akademik kecenderungan bahasa yang dipergunakan adalah bahasa yang mampu untuk dicerna oleh masyarakat secara umum. Sedangkan, puisi erat kaitannya dengan bahasa sastra yang memiliki daya estetik yang tinggi. Kandungan makna yang terdapat dalam puisi merupakan ejawantah perasaan penulis dalam menguraikan pandangan hidupnya mengenai suatu peristiwa.
Pradopo memberikan pandangan terhadap tersebut, yaitu puisi mengekspresikan pemikiran yang membangkitakn perasaan. Perasaan yang tercipta dalam sebuah puisi akan memberikan kenikmatan seni. Selain itu, puisi juga memperkaya kehidupan batin, memperhalus budi, membangkitkan semangat hidup, dan mempertinggi rasa ketuhana dan keimanan (pradopo, 2005:iv).
Ekspresi penulis merupakan ruang pemikiran yang luas dan tak terjangkau, perasaan yang didorong menjadi ruang nyata, yakni kata memiliki membangkitkan energi-energi yang tak kasat mata. Hal ini memberikan kesempatan kepada pembaca untuk menangkan energi tersebut, meskipun tak terlihat tetapi terasa.
Perihal rasa merupakan subjektivitas setiap individu, begitupun penulis. Penulis atas dalih subjektivitas memberikan kesempatan dari peristiwa inti kehidupannya untuk bermain-bermain melalui bahasa sastra. Memadatakan sekaligus mencairkan realitas peristiwa dalam kata-kata merupakan permain penulis/penyair yang bergelut pada pengalaman estetisnya.
Pengalaman tersebut diekspresikan dalam teks puisi yang mana sumber inspirasinya dapat diperoleh secara langsung maupun tidak langsung melalui pengalaman. Pengalaman langsung artinya yang dialami, dirasakan, dilihat dan diilhami. Sedangkan, pengalaman tidak langsung merupakan persentuhan penulis pada yang terdengar dan terbaca. Penyair mewujudkan gambaran-gambaran pengalaman-pengalaman tersebut secara bebas dalam penyusununannya.
Tentunya, pengalaman-pengalaman tersebut memiliki hubungan dengan kehidupan pribadi penulis. Keterlibatan dalam suatu struktur masyarakat melahirkan persoalan dan dilemma-dilema yang menjembatani hasrat terdalam diri yang dimaksudkan untuk menghubungkannya dengan teks sebagai mediumnya.
Pengalaman-pengalaman penulis terwujud dalam suatu puisi sebagai bentuk ekspresi pemikiran yang membangkitkan perasaan. Dian si, penulis kumpulan puisi Mahasa Sepi, merespon berbagai dinamika kehidupan yang bersifat personal mengubah pengalaman-pengalaman individual menjadi ruang estetik puisi.
Puisi yang diterbitkan oleh Penerbit Rose Book ini memiliki kekuatan pada narasi sepi yang kuat. Sepi, kesepian, menyepi merupakan ekspresi bahasa, terutama yang memberikan arti pada suatu keadaan tertentu. Keadaan statis dan dinamis tidak saja terbatas pada istilah kata benda ataupun kata kerja, melainkan kemampuannya untuk memberikan makna pada setiap persitiwa hidup.
Varian-varian bahasa sastra dapat menjadi senjata dalam menarasikan peristiwa hidup tanpa menguraikan makna sesungguhnya. Menyulam sunyi merupakan titik awala suara sunyi yang terbahasakan tetapi memiliki makna yang luas. Keluasaan makna ini tidak lain disebabkan oleh pengalaman estetis penulis yang menyemai asa pada setiap kata-kata.
Dan kau, pijaklah malam-malam dalam mimpi