Lihat ke Halaman Asli

Dwi Putri Riani

Mahasiswa Jurnalistik - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Memahami Esensi Dakwah dan Retorika dalam Komunikasi Islami

Diperbarui: 25 Juni 2024   19:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi 

Retorika dalam konteks dakwah berfungsi untuk membuat pesan dakwah lebih menarik, estetis, dan atraktif. Praktik dakwah memerlukan retorika sebagai seni komunikasi baik secara verbal maupun nonverbal. Tanpa retorika, dakwah bisa terasa monoton dan kurang menarik.

Retorika memiliki peran penting dalam memberikan bobot pada isi ceramah. Hal ini karena retorika menuntut penggunaan bahasa yang baik, didukung oleh data dan penelitian. Ceramah yang berbobot sangat penting untuk audiens dakwah (mad’u) yang semakin rasional dan kritis.

Selain itu, tujuan retorika dalam dakwah adalah agar pesan yang disampaikan bersifat informatif, persuasif, dan rekreatif. Ketiga tujuan ini merupakan esensi dari retorika. Dengan demikian, pesan dakwah yang mencakup akidah, syariah, dan akhlak dapat diterima dan dipahami oleh mad’u karena disajikan dengan cara yang menarik dan lengkap.

Retorika dakwah juga mengajarkan penggunaan pathos, logos, dan ethos dalam menyampaikan dakwah, sesuai dengan konsep retorika Aristoteles. Ketiga elemen ini meningkatkan performa dai dan berdampak positif pada respons audiens. Semua metode dakwah perlu mencakup elemen pathos, logos, dan ethos.

Dalam menghadapi audiens yang semakin banyak beralih ke platform online, retorika dalam dakwah juga harus memperhitungkan komunikasi nonverbal, seperti dakwah melalui media digital. Penggunaan gerakan tubuh dan bahasa tubuh, baik dalam pertemuan tatap muka maupun komunikasi digital, menjadi penting dalam konteks ini.

Akhirnya, retorika dakwah mengajarkan bahwa dakwah harus melalui tahapan-tahapan tertentu. Ada lima tahapan dalam pidato retorika yang dapat diterapkan dalam dakwah: penemuan (inventio), penyusunan (dispositio), gaya (elocutio), memori (memoria), dan penyampaian (pronuntiatio). Dalam ilmu dakwah, lima tahapan ini dikenal sebagai teknik dakwah.

Di sisi lain, dakwah retorika merujuk pada dakwah yang hanya berisi retorika tanpa substansi. Biasanya ini dilakukan untuk tujuan tertentu seperti prestasi politik, pencapaian ekonomi, atau gengsi sosial, dan sering kali dieksploitasi dengan gaya bicara yang menarik tetapi tanpa makna yang mendalam.

Dakwah retorika harus dihindari karena beberapa alasan. Pertama, dakwah adalah amanah dari Tuhan, yang didukung oleh banyak ayat Al-Qur’an dan hadis Nabi. Mengubah dakwah menjadi sekadar retorika akan menghilangkan ruh dakwah itu sendiri.

Kedua, dakwah adalah ibadah ghair mahdhah yang membawa efek positif bagi manusia di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, dakwah harus dilandasi dengan niat yang benar. Tujuan utama dakwah adalah mencapai ridha Allah dan mendapatkan rahmat-Nya.

Dengan demikian, retorika dakwah berbeda dari dakwah retorika.

Oleh: Syamsul Yakin  dan Dwi Putri Riani

Dosen Retorika Dakwah dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline