Lihat ke Halaman Asli

Dwi Putri Riani

Mahasiswa Jurnalistik - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Retorika sebagai Keterampilan

Diperbarui: 23 April 2024   18:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi 

Retorika

Berbicara dan menulis yang dimaksud untuk membujuk adalah pengertin dari Retorika. Retorika lebih sebagai keterampilan daripada pengetahuan. Karena retorika lebih bersifat praktis dibandingkan teoritis. Tidak mengherankan jika retorika mengacu pada keterampilan berbahasa yang efektif, baik lisan maupun tulisan.

Secara lisan, retorika terlihat ketika seseorang menyampaikan pidato yang indah kepada audiens dengan bahasa dan kata-kata yang menarik, intonasi dan dinamika yang naik turun, serta rima yang seindah puisi. 

Tidak hanya itu, seorang ahli retorika tidak jarang menyelipkan ungkapannya yang terkesan sombong itu dengan sebuah candaan untuk menghibur, atau kegiatan untuk mencairkan suasana, termasuk sindiran.

Kata-kata bijak seorang nabi, filosof atau pujangga kerap menjadi ide untuk dikutip oleh seorang ahli retorika. Para pengkhotbah agama yang ahli dalam retorika seringkali mengutip ayat-ayat Al-Qur'an sebagai landasan teologis argumentasinya.

Kemampuan memadukan bahasa lisan ini seringkali menimbulkan emosi pada pendengarnya. Pendengarnya kadang terharu, sedih, tertawa, emosi dan marah. Padahal, seorang motivator, dosen, dan provokator teladan mempunyai kemampuan retorika yang cukup memadai.

Dalam menulis, keterampilan seseorang diwujudkan ketika ia menulis atau mengarang baik fiksi maupun non-fiksi. Menulis itu lancar, indah, dan ringkas.

Seperti halnya retorika lisan, retorika tertulis yang baik harus mengikuti kaidah retorika seperti pemahaman makna kata, frasa, dan kalimat. Keterampilan tata bahasa yang normal juga diperhitungkan. Seorang penulis yang ahli dalam retorika biasanya ahli dalam logika, seni, filsafat, dan ilmu sosial.

Mengukur kekuatan retorika lisan seseorang dapat dengan beberapa cara. Salah satu caranya adalah dengan menerjemahkan bahasa lisan ke dalam teks. Jika mudah dibaca, terstruktur secara tata bahasa, dan tidak mengandung banyak pengulangan atau redundansi yang tidak perlu, maka retorika lisan seseorang pasti bagus.

Sebaliknya, jika bahasa tulisannya efektif, menarik, dan indah, seperti ketika digunakan sebagai teks lisan. Tidak ada keraguan bahwa retorika yang ditulis oleh orang-orang itu bagus.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline