Lihat ke Halaman Asli

Terpapar AC atau Kipas Angin Terlalu Lama Dapat Menyebabkan Bell’s Palsy??

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Banyak orang yang belum mengetahui akan bahaya terpapar AC (Air Conditioner) atau kipas angin terlalu lama. Karena ternyata apabila terpapar ditempat yang dingin terlalu lama dapat menimbulkan terjadinya suatu penyakit yang disebut Bell's Palsy

Bell's palsy adalah nama penyakit yang menyerang saraf wajah hingga menyebabkan kelumpuhan atau kelemahan (paralisis) otot pada salah satu sisi wajah. Terjadi disfungsi syaraf VII (syaraf facialis). Yang menyebabkan terjadinya paralisis pada otot adalah virus herpes simplex - 1. studi terbaru menunjukkan bukti klinis yang kuat bahwa HS1 adalah penyebab utama Bell's palsy yang idiopatik. Hampir 80% dari semua pasien Bell's palsy ditemukan adanya virus ini. Ada banyak manifestasi klinis yang berhubungan dengan paralisis wajah. Masing-masing individu memiliki manifestasi yang berbeda-beda, tergantung dari derajat dan lokasi kerusakan nervus.

Kata Bell's Palsy itu sendiri diambil dari nama seorang dokter dari abad 19, Sir Charles Bell, orang pertama yang menjelaskan kondisi ini dan menghubungkan dengan kelainan pada saraf wajah. Penyakit ini tentu saja dapat mengganggu secara estetika ataupun fungsi pada wajah.

Gejala Bell's Palsy
Kelemahan atau paralisis otot, Kerutan dahi menghilang, Tampak seperti orang letih, Tidak mampu atau sulit mengedipkan mata, Hidung terasa kaku terus - menerus, Sulit berbicara, Sulit makan dan minum, Sensitive terhadap suara ( hiperakusis ), Salivasi yang berlebih atau berkurang, Pembengkakan wajah , Berkurang atau hilangnya rasa kecap, Nyeri didalam atau disekitar telinga, Air liur sering keluar, Sulit atau tidak mampu menutup mata, Air mata berkurang, Alis mata jatuh, Kelopak mata bawah jatuh, Sensitif terhadap cahaya

Bagaimana Pencegahannya
Menurut Dokter Syaraf agar Bell's Palsy tidak terjadi adalah :
1. Jika berkendaraan motor, gunakan helm penutup wajah full untuk mencegah angin mengenai wajah.
2. Jika tidur menggunakan kipas angin, jangan biarkan kipas angin menerpa wajah langsung. Arahkan kipas angin itu ke arah lain. Jika kipas angin terpasang di langit-langit, jangan tidur tepat di bawahnya. Dan selalu gunakan kecepatan rendah saat pengoperasian kipas.
3. Apabila sering lembur hingga malam, hindari mandi air dingin di malam hari. Selain baik untuk jantung, juga tidak baik untuk kulit dan syaraf.
4. Bagi penggemar naik gunung, gunakan penutup wajah / masker dan pelindung mata. Suhu rendah, angin kencang, dan tekanan atmosfir yang rendah berpotensi tinggi dapat menyebabkan terjadinya Bell's Palsy.
Siapa yang rentan terhadap Bell's palsy
1. Wanita hamil berpotensi 3X lebih mudah terkena Bell's Palsy dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil.
2. Penderita diabetes, perokok, dan pengguna obat-obatan sejenis steroid berpotensi 4X lebih mudah terserang Bell's Palsy daripada orang lain.
3. Rata-rata 40.000 orang Amerika setiap tahun menderita Bell's Palsy.
4. Pengalaman dari beberapa orang terkenal yang pernah menderita Bell's Palsy. Beberapa di antaranya sembuh total, namun tidak sedikit yang tidak sembuh sehingga hingga kini, wajah mereka masih tampak mencong akibat penyakit itu.

Bagaimana pengobatannya
Kebanyakan akan pulih tanpa pengobatan dalam 2 minggu tetapi umumnya digunakan kortikosteroid seperti prednison dan antivirus seperti asiklovir dalam 2-3 hari pertama pengobatan dini dengan cara ini memperbaiki prognosis sampai 20%. Kira-kira 70% sembuh dalam beberapa bulan, 15% masih merasa sedikit kelemahan. Pada kira-kira 10 20% pasien, Bell's palsy dapat terulang.

Pengobatan yang disarankan dokter adalah fisiotherapy, di mana wajah penderita akan dikompres dengan lampu sinar dan diberi kejutan listrik di sekitar wajah. Namun Anda bisa juga menggunakan alternatif pengobatan lain, seperti akupuntur. Jangan mencampur pengobatan fisioterapi dan akupuntur di waktu bersamaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline