Lihat ke Halaman Asli

Dwi Wulandari

Mahasiswa

Mahasiswa KKN 60 UIN Gusdur Kelompok 28 Kunjungi Produksi Sapu Lantai di Desa Sidoharjo

Diperbarui: 29 November 2024   08:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto pribadi KKN kelompok 28 

Rabu, 20 November 2024, mahasiswa KKN 60 UIN Gusdur Kelompok 28 melakukan kunjungan ke usaha pembuatan sapu lantai yang terletak di Desa Sidoharjo. Usaha tersebut dijalankan oleh Bapak Bejo dan istrinya, Bu Dusri, yang telah memproduksi sapu lantai sejak tujuh tahun lalu. Pembuatan sapu lantai ini memanfaatkan tumbuhan gelagah yang ada di sekitar desa.

Proses pembuatan sapu dimulai dengan pengambilan gelagah yang kemudian dijemur hingga kering. Gelagah yang digunakan harus melalui tahap penyortiran untuk memilih yang tidak cacat dan keriting. Setelah itu, gelagah dibentuk menjadi sapu lantai dengan gagang rotan yang dianyam secara rapi. “Gelagah yang sudah dijemur dibentuk langsung menjadi sapu. Kami membuat dua jenis sapu, yang gampang rontok dan yang tidak rontok,” ujar Bapak Bejo.

Setiap hari, Bapak Bejo dan istrinya dapat memproduksi sekitar 40 buah sapu, yang kemudian dijual seharga Rp20.000 per buah. Penjualan sapu tidak dilakukan secara langsung, melainkan melalui titipan kepada penjual di kota. Seiring berjalannya waktu, permintaan terhadap sapu produksi Bapak Bejo semakin meningkat, sehingga usaha ini telah berkembang pesat. “Pelanggannya sudah banyak, dan kami terus berusaha untuk mempertahankan kualitas produk,” tambahnya.

Usaha pembuatan sapu lantai ini bukanlah hal baru di Desa Sidoharjo, karena di Kecamatan Doro terdapat sekitar empat rumah produksi sapu, dan salah satunya adalah milik Bapak Bejo dan Bu Dusri. Bapak Bejo sendiri belajar pembuatan sapu dari seorang pengrajin di Desa Lebakbarang, yang dikenal dengan pengrajin sapu gelagah terbaik di daerah tersebut.

Mahasiswa KKN 60 UIN Gusdur Kelompok 28 berharap, dengan adanya kunjungan ini, usaha pembuatan sapu di Desa Sidoharjo bisa terus berkembang dan dikenal lebih luas, serta menjadi bagian dari kearifan lokal yang patut dilestarikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline