Kabut Asap (Pos Dumai.com)
.
Kota yang dulu pernah singgah di memory, sekarang tinggal kenangan. Canda dan tawa bersama sahabat, kini tinggal bayangan yang menakutkan, karena kota yang dulu bukan kota yang sekarang. Maaf meminjam bait aku yang dulu bukanlah yang sekarang.
Sejak kabut asap melanda lingkungan Provinsi Riau, semua warga sudah resah ulah Kahutlan (pembakaran hutan lahan) yang tidak bertanggungjawab. Imbasnya pada masyarakat Riau terganggu kesehatan karena polusi udara, terutama yang paling rawan dengan kabut asap adalah kota Dumai dan P. Bengkalis.
Setahu saya, setiap tahunnya saat saya berada di kota Dumai selalu ada agenda kabut asap, namun sekarang ini yang paling rawan. Apalagi dipicu musim kemarau panjang dan angin kencang mengakibatkan kebakaran semakin menyebar dan meluas di hutan yang berlahan gambus.
Menurut sahabat saya di kota Dumai, katanya kabut asap kali ini yang terparah dibandingkan tahun-tahun lalu. Baik diluarmaupun didalam rumah keadaannya sama, berasap dan berkabut. Sehingga rumah harus dinyalakan lampu supaya terang dan nonstop pendingin ruangan. Kabut asap tahun ini sudah berwarna hitam seperti lumpur yang melekat di teras rumah sampai keruangan dalam rumah. Bikin napas sudah benar-benar sesak disebabkan kekurangan udara bersih.
Pemko Dumai sudah memberlakukan siaga 1 karena kualitas udara berada dalam zona berbahaya. Warga mengidap ISPA, Asma, Iritasi kulit dan Iritasi mata sudah mencapai jumlah 821 pasien.Secara keseluruhan di Riau mendapatkan 265 titik kebakaran lahan, 16 titik kebakaran lahan terdapat di Dumai. Sehingga jarak pandang hanya berkisar 200 meter saja.
Seluruh warga Riau khususnya di kota Dumai diharapkan untuk tidak terlalu memforsilkan diri berada diluar. Meskipun terpaksa demi rutinitas sehari-hari, namun diwajibkan memakai masker yang telah dibagikan oleh PT. CPI dan Wali Kota Dumai dari seminggu yang lalu.
Dampak kabut asap juga terlihat dari pelabuhan udara Pinang Kampai Dumai yang juga menutup sementara aktifitas demi keselamatan penerbangan hingga kamis27 juni mendatang. Kepala Sky Aviation Cabang Dumai, Hendri saat dihubungi via seluler, Jumat(21/6) mengaku kejadian ini otomatis perusahaan mengalami kerugian. “Yang jelas penumpang Dumai-Pekanbaru kecewa dengan adanya penundaan serta kekosongan jadwal penerbangan. Hal ini mungkin mempengaruhi citra penerbangan Sky Aviation.
Sekilas Tentang Kota Dumai
Kota Dumai adalah kota minyak atau kota pabrik sawit. Tapi anehnya sewaktu saya di Dumai malah sering krisis minyak tanah. Harga jualnya sudah melebihi dari Sumbar.
Sedangkan udaranya cenderung berbau ampas sawit pabrikan, bila angin sedang kencang maka tak ayal warga selalu menghirup udara yang tidak bersih. Bukannya saya membandingkan antara Sumbar dan Riau. SDA Riau jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Sumbar. Tapi nyatanya fasilitas kota Dumai malah miskin dengan air bersih, air PDAM tidak ada. Setiap harinya warga hanya menggunakan air sumur yang berwarna seperti air teh untuk aktifitas sehari-hari termasuk mandi dan mencuci. Sedangkan untuk keperluan memasak warga Dumai mengandalkan air hujan. Jika musim hujan turun, maka senang warga karena dapat menampung air hujan guna menambah stok air bersih. Kalau musim kemarau datang, biasanya semua warga terpaksa membeli air di daerah Bukit Batrem yang mempunyai air sumur yang bersih dan dapat dikosumsi untuk keperluan dapur.
Semoga kabut asap yang melanda Riau, khususnya kota Dumai dan Bengkalis yang terparah dapat teratasi dengan bantuan hujan buatan dari Pemerintah Pusat. Terkait dengan permintaan maaf dari Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada Negara tetangga kita Malaysia dan Singapura yang dapat kiriman kabut asap dari kota Dumai dan Bengkalis dapat diterima. Karena jarak Malaysia dan Singapura dapat dilakukan lewat penyeberangan dari pelabuhan Dumai dan Bengkalis.
Hari ini saya mendengar penuturan dari teman saya yang katanya akan dilaksanakan shalat meminta hujan secara berjama’ah dikantor Walikota Dumai. Semoga Allah Pemberi Nikmat akan menurunkan berkah hujan kepada saudara-saudari kita di Riau, Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H