Lihat ke Halaman Asli

Di Sumbar, Kabut Asap Sudah Dalam Status Darurat

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13947600101244892003

[caption id="attachment_326380" align="alignnone" width="500" caption="Jalanan sepi akibat kabut asap pada jam 9.00 kemaren (dokpri)"][/caption]

Kota Padang yang terkenal dengan kota Bengkuang yang biasanya bersih dan sejuk, kini telah tercemar olehkabut asap.. Masyarakat kasak kusuk karena baru kali ini daerah sumbar di landa kabut asap yang sangat menganggu aktifitas masyarakat

Sehingga Kepala Dinas Kesehatan Padang Rosnini Savitri hari ini telah menetapkan status darurat kabut asap bagi warganya. Sejumlah sekolah telah meliburkan siswanya seperti sekolah TK(Taman Kanak-Kanak), dan SD(Sekolah Dasar). Namun Siswa SMP dan SMA tidak diliburkan, dikarenakan dalam persiapan mengikuti UN(Ujian Nasional) yang akan berlangsung tidak lama lagi.

Sebelumnya kabut asap yang sudah berstatus darurat, khususnya telah diberlakukan bagi warga Payakumbuh. Karena kota Payakumbuh berada dalam perbatasan Riau darat, tempat sumber terjadinya pembakaran hutan dan lahan oleh tangan oknum yang tidak bertanggungjawab.

[caption id="attachment_326290" align="alignnone" width="500" caption="Jalan raya ini juga sepi dikarenakan kabut asap yang tebal (Padang Today)"]

1394715525772658349

[/caption]

Terkontaminasinya udara Sumbar (Payakumbuh, Bukittinggi, Sawah Lunto, Padang Panjang, Pasaman Barat, Padang Pariaman dan Padang) disebabkan angin yang masih mengarah ke Sumbar, yakni dari arah timur laut ke arah barat. Sehingga kabut asap tebal tak terbendung lagi. Ditambah lagi hujan yang tak kunjung datang, menyebabkan udara di atas ambang tidak sehat. Khususnya bagi anak-anak yang sangat rentan terserang penyakit.

Menurunnya jarak pandang bekisar 800 meter akibat kabut asap, Dinas Kesehatan daerah telah menghimbau seluruh komponen masyarakat Padang agar mengurangi aktifitas di luar ruangan, meskipun terpaksa itupun harus memakai masker guna mengantisipasi kwalitas udara yang semakin memburuk.

Telah diketahui sebanyak 34 pembakaran liar yang terjadi di Riau, salah satu penyumbang kabut asap sekarang iniberasal dari terbakarnya 21.000 haktare lahan milik NSP(Nasional Sago Prima) di Kepulauan Meranti Riau. Di sebabkan musim kemarau yang panjang saat ini, dan kondisi angin yang kencang membuat api cepat menyebar ke perkebunan sagu milik masyarakat. Sehingga Karhutla (pembakaran hutan dan lahan) sulit di jinakan.

Karhutla (pembakaran hutan dan lahan) bukanlah kali ini terjadi. Masyarakat yang bermukim pada titik sumber Karhutla seakan-akan sudah gerah dan pasrah. Sehingga yang jadi korbannya adalah warga dan anak sekolahan yang terpaksa diliburkan akibat dampak dari Karhutla.

Setiap tahunnya Karhutla ini terus terjadi. Kabut asap selalu menjadi langganan tetap masyarakat yang berada di daerah Riau dan sekitarnya. Begitu juga dampak kabut asap yang di timbulkan setiap tahunnya seperti penyakit ISPA, iritasi kulit, dan iritasi mata. Benar-benar mengalami krisis kesehatan bagi warga yang tiada berdaya.

Meski segala upaya telah dilakukan Komandan Satuan Tugas (Satgas) Penanggulangan Bencana Asap Riau yang juga Danrem 031/Wirabima, Brigjen TNI Prihadi Agus Irianto untuk water bombing (pengeboman air sebanyak 225 kali dan lima ton garam disebar untuk hujan buatan, sayangnya sampai saat ini hujan yang dinanti tak juga turun membasahi bumi yang gersang.

Dengan perhatian serius dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terhadap kasus dugaan Karhutla di Riau yang menginstruksikan para tersangka untuk segera di bawa kepengadilan agar para oknum jera dan tidak semena-mena dalam membakar hutan dan lahan..

Semoga saja kepercayaan rakyat kembali menemui titik terang dalam menuntaskan oknum yang terlibat dalam Karhutla di Riau. Dan masyarakat yang berada di Riau sertaSumbar kembali bebas menghirup udara segar seperti sediakala.

Seputar kabut asap dan asalnya sudah  pernah saya tulis di sini




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline