Intoleransi dalam Konteks Civil Religion di Pancasila
Intoleransi bagaikan benalu yang menggerogoti fondasi persatuan dan kesatuan bangsa. Ia menjelma menjadi momok menakutkan yang merenggut rasa aman dan damai dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, memahami makna dan jenis-jenis intoleransi, khususnya intoleransi agama, menjadi kunci untuk membendung arus kebencian dan diskriminasi yang mengancam keharmonisan bangsa.
Intoleransi: Menolak Keberagaman
Intoleransi secara harfiah berarti "tidak toleran". Dalam konteks sosial, intoleransi diartikan sebagai sikap dan perilaku yang tidak menghormati dan tidak menerima keberadaan atau perbedaan yang dimiliki oleh individu atau kelompok lain. Sikap ini dapat dalam berbagai bentuk, mulai dari diskriminasi, prasangka, hingga kekerasan.
Intoleransi agama merupakan salah satu jenis intoleransi yang paling mengkhawatirkan. Ia mengacu pada sikap dan tindakan yang tidak menghormati dan tidak menerima keyakinan agama orang lain. Manifestasi intoleransi agama dapat berupa:
1. Diskriminasi:Melakukan pembedaan perlakuan terhadap individu atau kelompok berdasarkan keyakinan agamanya. Contohnya, melarang seseorang untuk menjalankan ibadah sesuai keyakinannya, atau membatasi akses terhadap pendidikan dan pekerjaan bagi penganut agama tertentu.
2. Prasangka: Memiliki opini negatif dan stereotip terhadap individu atau kelompok berdasarkan keyakinan agamanya. Contohnya, menganggap penganut agama tertentu sebagai ancaman keamanan, atau menganggap mereka memiliki kecerdasan yang lebih rendah.
3. Kekerasan: Melakukan tindakan kekerasan fisik atau verbal terhadap individu atau kelompok berdasarkan keyakinan agamanya. Contohnya, menyerang tempat ibadah, melakukan perusakan rumah ibadah, atau melakukan ujaran kebencian yang memicu kekerasan.
Pancasila sebagai Civil Religion: Benteng Melawan Intoleransi
Di tengah maraknya intoleransi, Pancasila hadir sebagai benteng kokoh yang menjaga keharmonisan bangsa. Pancasila, dasar negara Indonesia, mengandung nilai-nilai moral dan spiritual universal yang dapat menjadi panduan untuk melawan intoleransi dan membangun masyarakat yang toleran. Nilai-nilai tersebut, antara lain:
Ketuhanan Yang Maha Esa: Mengakui dan menghormati keberadaan Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta alam semesta.