Lihat ke Halaman Asli

Pendidikan Menjadikan Anak Kritis, Kreatif, dan Problem Solver

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tidak mudah untuk membangun anak menjadi manusia kritis, kreatif dan problem solver, maka dari itu diperlukan suatu pembaharuan strategi, metode, dan teknik pembelajaran.
Dalam pembelajaran kritis para pendidik (guru) harus bekerja dengan berdasarkan pengalaman peserta didik dalam proses pembelajaran. Pendidik tidak boleh menuruti segala kemauan peserta didik sehingga proses pembelajaran dapat terjalin hubungan dialogis antara pendidik dan peserta didik sehingga guru tetap mempunyai peran besar untuk membantu peserta didik dalam proses pembelajaran, dan etika serta moralitas antara keduanya tetap terjaga.
Pada dasarnya pembelajaran kritis mensyaratkan penggunaan andragogi, karena kita tahu pengetahuan melibatkan kesatuan yang tetap antara aksi dan refleksi. Tetapi banyak pembelajaran yang bertujuan untuk membangkitkan kesadaran kritis ternyata dilakukan dengan cara pedagogi ataupun indoktrinasi.
Selanjutnya yaitu bagaimana menjadikan anak berpikir kreatif?? Pada dasarnya semua anak kreatif itu sama, yang membedakan hanya ada pada kekreativitasanya itu ada yang tersalurkan dan ada yang tidak. Untuk memicu anak menjadi kreatif, kita hanya perlu menyediakan lingkungan yang benar untuk membebaskan seluruh potensi kreatifnya serta memberikan stimulasi pada anak sehingga terjadi proses pembelajaran yang berpusat pada anak. Bebaskan daya kreatif anak dengan membiarkan anak menuangkan imajinasinya sehingga dapat menghasilkan ide-ide yang inovatif dengan caranya sendiri dan menguraikan pengalamannya sendiri.
Bicara tentang kreatifitas anak, ini erat kaitannya dengan teori hemisphere yang menjelaskan tentang belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Menurut teori ini, otak kanan merupakan belahan otak yang berfungsi dalam hal berkreativitas sedangkan belahan otak kiri berperan dalam kegiatan motorik (motor sequence) yaitu berhubungan dengan logika, analisa, bahasa, rangkaian dan matematika.

Apa itu problem solver?
Problem solver yaitu proses mental sebagai proses kognitif tingkat tinggi yang memerlukan ketrampilan lebih dalam menemukan dan membentuk pemecahan suatu masalah.
Pertanyaannya bagaimana membangun anak menjadi problem solver? Cara untuk menjadikan anak sebagai problem solver dapat dilakukan dengan kegiatan memberikan stimulus berupa masalah-masalah yang perlu diselesaikan kemudian memberikan kesempatan kepada anak untuk memahami nilai dan untuk bekerja sama untuk mengkolaborasikan ide-ide mereka sehingga semua masalah itu dapat terselesaikan dengan baik seperti yang diharapkan.
Problem solver sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran karena dengan adanya problem solver ini maka pembelajaran akan semakin hidup dan semakin menggairahkan. Selain itu, siswa juga dapat mengembangkan kemampuan untuk berfikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan yang baru. Dan mengembangkan tingkat kreativitas anak pula tentunya.
Kekritisan,kekreativan, dan problem solver semunya saling berkaitan dengan yang namanya otak. Jadi dalam pengajaran dan pembelajaran guru dituntut untuk dapat menggunakan pendekatan dengan cara yang disejajarkan dengan bagaimana otak belajar secara alamiah sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara optimal.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline