Lihat ke Halaman Asli

Tentang Kecanduan Rokok

Diperbarui: 7 Desember 2023   07:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: freepic.com

Seorang teman bercerita tentang ayahnya yag sudah dipasang tiga unit ring di saluran darahnya tetapi tak juga bisa berhenti dari kebiasaan merokok, setiap hari orang tuanya menghabiskan berbungkus-bungkus rokok hingga hampir mencapai sejuta kepeng sebulannya. Mengapa kecanduan rokok sangat sulit disembuhkan? 

Kecanduan rokok sulit disembuhkan karena melibatkan berbagai faktor yang kompleks, baik secara fisik, psikologis, maupun sosial. Beberapa alasan utama termasuk:

1. Zat Adiktif Nikotin

Ketergantungan Fisik: Nikotin dalam rokok adalah zat adiktif yang memengaruhi otak dan tubuh secara langsung. Ketergantungan fisik pada nikotin membuat berhenti merokok bisa menyebabkan gejala penarikan yang tidak nyaman seperti kegelisahan, iritabilitas, dan keinginan kuat untuk merokok kembali.

2. Kondisi Psikologis

Keterkaitan Emosional: Bagi beberapa orang, rokok bisa menjadi mekanisme koping untuk mengatasi stres, kecemasan, atau tekanan emosional. Keterkaitan emosional ini membuat berhenti merokok lebih sulit karena mengganggu keseimbangan psikologis. Apapun masalah yang dihadapiu dalam hidup seseorang akan merasa tenang setelah menikmati rokok.

3. Kebiasaan dan Lingkungan

Asosiasi Rutin: Merokok sering terkait dengan kebiasaan sehari-hari seperti minum kopi, istirahat kerja, atau saat bersosialisasi. Lingkungan yang memicu keinginan untuk merokok dapat membuat proses berhenti sulit dilakukan. Merokok seolah menjadi kebiasaan rutin yang selalu harus dinikmati setiap hari, seperti sebuah kemewahan.

4. Dukungan dan Pengaruh Sosial

Pengaruh dari Lingkungan Sosial: Tekanan dari lingkungan sosial, teman, atau keluarga yang merokok juga bisa menjadi penghalang dalam usaha berhenti merokok. Selain itu, kurangnya dukungan sosial dapat membuat proses berhenti merokok lebih sulit.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline