Lihat ke Halaman Asli

Dedi Dwitagama

Pengamat Pendidikan

Tawuran Anak SMP yang Mematikan

Diperbarui: 22 November 2018   12:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

http://detik.com

Dua kelompok masyarakat yang kebanyakan pemuda dan remaja saling serang dengan melempar batu, kayu, botol berisi minyak tanah yang diberi sumbu dan api, atau ada yang saling meluncurkan petasan atau kembang api yang bisa meluncur jauh hingga membuat jendela dan atap rumah pecah, polisi datang untuk melerai. Korban jiwa sering tak bisa dihindarkan dan hal ini bisa menimbulkan dendam yang suatu saat bisa memunculkan tawuran lagi dua kampung yang dipisahkan oleh gang atau jalan raya.

Mahasiswa dua kampus yang bertetangga baku hantam, saling lempar berbagai benda yang ada di sekitarnya hingga saling bunuh. Tawuran berhenti, usaha didamaikan oleh aparat keamanan dan pengelola kampus membawa hasil hingga tawuran berhenti, sementara dendam masih membara tak nampak yang suatu saat bisa menyala lagi dan menimbulkan tawuran yang berulang dengan penyebab yang sama atau berbeda.

Pelajar SMA dan SMK yang gedung sekolahnya bertetangga, atau menggunakan angkutan bis melalui route yang sama bertemu di jalur, saling ejak, saling lempar hingga saling bunuh.

Itu zaman dulu.

Sekarang anak sekolah yang berseragam putih biru, berumur sepuluh tahun lebih sedikit sudah terbiasa tawuran, bahkan dengan mode masa kini, menggunakan sepeda motor dan tongkat golf hingga menimbulkan kematian.

Orang tua mengijinkan anaknya yang bersekolah di SMP membawa sepeda motor ke sekolah, alasannya karena tak ada angkutan umum dengan route dari rumah ke sekolahnya, alasan lain adalah untuk penghematan biaya transportasi harian yang lebih murah dengan sepeda motor dibanding menggunakan angkutan umum atau angkutan online, maka setiap hari banyak anak SMP yang mengendarai sepeda motor ke sekolah.

Sekolah tahu bahwa muridnya membawa sepeda motor tetapi membiarkan dengan alasan karena jarak rumah dan sekolah yang jauh dan sulitnya transportasi atau angkutan umum di sekitar sekolah.

Dinas pendidikan sudah mengeluarkan peraturan larangan murid membawa sepeda motor dan mobil ke sekolah. Murid-murid dilarang untuk memarkir kendaraannya di sekolah, sehingga muncul kantong-kantong parkir di sekitar sekolah menampung sepeda motor dan mobil pelajar yang berkendara ke sekolah.

Kalau zaman dulu tawuran terjadi di daerah simpul-simpul pertemuan jalur bis yang mengangkut pelajar, kini lokasi tawuran bisa terjadi dimana saja di jalur yang mereka lewati, atau diduga mereka telah mengkomunikasikan lokasi pertemuan untuk melakukan tawuran melalui sosial media.

Pelajar membawa senjata tajam? Anak-anak itu hebat, bisa menyembunyikan barang berbahaya sehingga tak diketahui orang tuanya, guru, seharusnya aparat yang mendapati pelajar membawa senjata tajam harus langsung diproses dan dihukum sesuai KUHAP, yang berujung di penjara, hal ini akan memberi efek jera buat pelaku dan pelajar lain yang melakukan hal yang sama. Penjarakan saja, karena dia telah membahayakan dirinya sendiri dan orang lain. 

Sekarang tawuran udah jadi milk anak SMP, mereka ga mau kalah sama yang lebih tua, mereka sudah berani mati korbankan nyawa demi nama baik sekolahnya, orang tua, mahasiswa dan anak SLTA yang masih tawuran mah mending berhenti aja, malu  sama anak kecil berseragam biru, yang sudah pada bisa mikir mah mending belajar yang serius trus produktif ngerjain sesuatu yang bermanfaat buat orang banyak, menghasilkan banyak fulus, cari calon ibu dan suami yang bisa produksi anak-anak bagus ga tawuran saat kenakan seragam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline