Menurut Desi Kusumadewi, Direktur Rountable on Sustainable Palm Oil (RSPO), untuk menghadapi produksi CSPO (Certified Sustainable Palm Oil) di Indonesia yang sangat besar, maka tantangannya adalah terletak pada konsumen yang lebih pintar memilih produk yang tersertifikat secara internasional yaitu produk CPO yang ramah lingkungan. Total kapasitas produksi Indonesia menyumbang sekitar 18 % dari total produksi CPO dunia dan tersebar di 2,61 juta hektar (ha) area perkebunan kelapa sawit bersertifikat di dunia. Indonesia menjadi pemimpin produksi CSPO dengan peningkatan kontribusi menjadi 50 % dari total kapasitas produksi CSPO dunia.
Pertanyannya adalah, apakah hal tersebut diketahui oleh semua lapisan masyarakat di Indonesia? Apakah semua lapisan masyarakat telah menjadi konsumen yang pintar dalam memilih produk dari CPO yang ramah lingkungan?
Dari beberapa pertanyaan tersebut, akhirnya saya tertarik untuk membuat riset kecil dengan melakukan depth interview kepada sampel yang berasal dari kelas ekonomi bawah dan latar belakang pendidikan yang rendah. Sampel hanya terdiri dari 5 orang yang berasal dari sekitar rumah saya di Kelurahan Jatipadang, RT 001 RW 006, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Sampel diambil dari Ibu Rumah Tangga, karena mereka yang biasanya berbelanja untuk kebutuhan sehari-hari.
Mereka Tidak Tahu Tentang CSPO
Pertanyaan pertama yang saya ajukan ketika saya coba mengobrol santai dengan mereka adalah “Apakah Ibu mengetahui apa itu CSPO? Atau apakah Ibu pernah mendengar istilah CSPO?”. Hasilnya adalah mereka tidak mengetahui tentang CSPO. Kemudian saya jelaskan tentang CSPO dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh mereka. Saya bercerita tentang produksi minyak sawit Indonesia yang sangat melimpah, sampai-sampai ada beberapa perusahaan yang menggunakan cara yang kejam seperti membakar hutan. Akibatnya adalah bencana asap di Sumatera yang sampai sekarang belum juga selesai kasusnya bahkan berdampak ke negara tetangga.
CSPO (Certified Sustainable Palm Oil) atau Minyak Sawit Berkelanjutan Bersetifikat perlu diedukasikan kepada masyarakat dari semua lapisan. Tujuannya adalah supaya menjadi konsumen yang bijak dalam memilih produk yang baik, yaitu dari perusahaan yang menggunakan bahan baku dengan cara-cara yang tidak merusak lingkungan. Sejauh ini minyak sawit di Indonesia telah mengalami dua kali peningkatan selama beberapa dekade ini dikarenakan banyaknya permintaan dari seluruh dunia. RSPO (Rountable on Sustainable Palm Oil) sangat berperan penting bagi para pelaku usaha minyak sawit untuk menghasilkan CSPO.
Mereka Tidak Tahu Tentang Daftar Produk yang Ecolabel (#BeliYangBaik)
WWF sebagai NGO yang concern terhadap kelestarian alam telah mengajak masyarakat untuk menjadi konsumen yang cerdas dengan mengetahui asal usul dari produk yang kita beli. Sebagai contoh adalah ikan, apakah ikan yang dijual di pasar itu sebelumnya ditangkap oleh nelayan dengan cara yang benar? Konsumen yang cerdas perlu mengetahui prosesnya hingga sampai ke penjual baru kemudian membelinya. Namun yang terjadi di masyarakat pada umumnya adalah mereka akan memilih produk yang murah tanpa mempedulikan asal usulnya. WWF sendiri telah memberikan skor kepada perusahaan yang masuk daftar CSPO dengan skor tertinggi 12. Dengan skor tersebut artinya kita bisa mengetahui perusahaan mana yang memproduksi barang yang ramah lingkungan atau ecolabel.
Begitu saya menanyakan tentang produk-produk yang mereka beli seperti tissue, lipstik, dan sabun, maka saya cukup terhenyak karena beberapa dari mereka telah membeli produk yang ecolabel. Namun ironisnya mereka tidak tahu kalau produk tersebut adalah termasuk dalam daftar #BeliYangBaik. Akhirnya saya memberikan penjelasan kepada mereka tentang produk tersebut dan menambahkan daftar produk yang lain. Saya juga menunjukkan bahwa beberapa produk yang sudah bersertifikat ramah lingkungan, tertera logo seperti FSC, MSC, ASC, dan RSPO sembari saya tunjukkan logo FSC (Forest Stewardship Council) pada tissue tessa.
Awalnya saya ragu untuk mengajak mereka menjadi konsumen yang cerdas, tetapi setelah saya coba langsung, mereka akhirnya menjadi lebih aware dan terbuka. Harapan saya adalah "menjadi konsumen cerdas tidaklah terdengar asing ditelinga kita", bahkan saya berfikir lebih jauh lagi, mungkin langkah kecil ini bisa menjadi mata rantai yang positif.
Dengan saya mengajak 1 ibu rumah tangga, dia akan mengajak temannya, temannya akan mengajak saudaranya, dan seterusnya hingga akhirnya gerakan campaign tentang #BeliYangBaik bisa menjangkau ke semua lapisan masyarakat. Produsen akan terus memproduksi produk, namun kita lah yang berpengaruh dan memiliki peran yang penting. Hampir 50% produk yang dipasarkan di supermarket mengandung minyak sawit. Lalu siapa yang akan membeli produk tersebut? Jawabannya adalah konsumen, yaitu KITA.