Islam adalah sebuah totalitas yang padu dan menawarkan solusi kepada semua masalah kehidupan manusia, dan sudah tidak diragukan lagi, maka akan mudah mempercayai akan sifat Islam yang sempurna dan menyeluruh, sehingga menurut mereka, Islam meliputi tiga 'D' yakni din (agama), dunya (dunia), dan daulah (negara).
Setiap pemimpin memiliki karakteristik yang berbeda-beda, tetapi ciri umum pemikiran politik ditandai dengan pandangan yang bersifat sentris. Dan kepala negara pada saat itu sangat memegang peran penting dalam memegang kekuasaan. Legitimasi kepala negara negara atas rakyatnya diklaim dengan al-Qur'an dan Hadits.
Alasan mereka menekankan ketaatan rakyat kepada kepala negara adalah untuk stabilitas politik sehingga keadaan negara dapat menjadi aman dan penegakan syariat Islam dalam berjalan dengan baik Eksistensi politik Islam sebagaimana merupakan usaha manusia untuk bekerjasama dalam memenuhi kebutuhan dan mempertahankan kehidupan dari gangguan baik dari dalam maupun dari luar.
Oleh karena itu memahami politik adalah sebuah keharusan dengan baik dalam kehidupan manusia, karena tanpa politik, kehidupan akan dalam keadaan kacau balau. Karena manusia hidup dengan sistem politik untuk mengatur segala urusan.
Eksistensi politik Islam sebagaimana merupakan usaha manusia untuk bekerjasama dalam memenuhi kebutuhan dan mempertahankan kehidupan dari gangguan baik dari dalam maupun dari luar.
Oleh karena itu memahami politik adalah sebuah keharusan dengan baik dalam kehidupan manusia, karena tanpa politik, kehidupan akan dalam keadaan kacau balau. Karena manusia hidup dengan sistem politik untuk mengatur segala urusan.
Menurut Ahmad Azar Basyir, bahwa Islam adalah agama universal yang dapat memberi pedoman disetiap aspek kehidupan manusia, termasuk dalam bangsa dan negara, dan mampu memeberikan kesempatan bagi interpensi yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat, shingga mampu menjadi bidang kehidupan politik yang dinamis dan sangat luas, namun tetap sejalan dengan kodrat dan fitrah manusia.
Politik Islam yang dimaksud adalah politik Islam yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, Khulafaur Rasyidin dan reaktualisasi tokoh-tokoh modern seperti Al-Maududi, Al-Mawardi, Al-Farabi dan lain sebagainya.
Nilai-nilai spiritual dalam Islam telah menyatu sekaligus memberikan arah terhadap kebijakan politik. Jika seorang pemimpin menganut politik yang bersumber kepada nilai-nilai yang tidak Islami, maka kekuasaan manusia tidak lebih untuk menindas manusia dan pasti akan menimbulkan kemelaratan yang tidak terhingga bagi kehidupan manusia.
Pergumulan pemikiran politik barat menjadikan manusia menjadi "mati" akan sifat kemanusiaan, kesamaan dan keadilan. Sistem politik Barat sudah tidak berpaku pada nilai-nilai spiritual dan moral, sehingga para pemimpin atau kepala negara dan pemerintahan yang terhegomoni oleh kekuatan politik tersebut cenderung pada sikap diktator, bertindak otoriter, egois, mementingkan diri dan kelompok sendiri. Rakyat atau masyarakat dibiarkan tanpa kebebasan untuk mengembangkan nilai-nilai kerohanian dan kemanusiaan.
Berbeda halnya dengan pergumulan pemikiran politik Islam, bahwa politik Islam yang ditampilkan oleh Nabi Muhammad dan Khulafa al-Rasyidin, hakikat dan strukturnya terfokus kepada manusia universal atau manusia seutuhnya. Selain terfokus kepada manusia seutuhnya, politik Islam bersumberkan wahyu (al-Quran), sehingga politiknya disamping menjunjung tinggi martabat kemanusiaan, juga tidak kering dari nilai-nilai spiritual ke-Tuhanan.