Perubahan pada aspek kemasyarakatan dan sosial dalam masyarakat dalam perjalanannya sejauh ini desa sangatlah berperan dalam menciptakan peraturan desa dalam rangka untuk ketertiban sosoal dalam masyarakat yang bisa tertuang dalam berbagai ketentuan ketentuan yang disepakati masyarakatnya yaitu berangkat dari mengali dahulu permasalahan yang dihadapi di masyarakat lalu menyusun peraturan desa antara pemerintah desa dengan DPD, pada awalnya pasti melibatkan aspirasi masyarakat sehingga terdapat musyawarah desa dimana menghadirkan tokoh-tokoh masyarakat mengenai permasalahan yang di hadapi. Untuk menghindari penyimpangan sebelumnya pemerintah desa mendatangkan narasumber agar pas dengan permasalahan dan sesuai dengan hukum agar nantinya pemerintah desa engan DPD satu pemahaman serta menghindari multi tafsir.
Desa dalam mengelola atau mengatur masyarakat, terutama dalam menangani masyarakat miskin disini desa menggunakan dana sosial untuk kepentingan masyarakat miskinnya, juga termasuk pemberian pada purna tugas perangkat desa. Tingkat kemiskinan di desa ini tergolong rendah, masih banyak penduduk yang kaya karena yang terdaftar penerima bantuan, bantuan raskin, blt, dan lain lain. Disini karena yang menjadi starndar yang ditetapkan pemerintah sesuai indikator yang di susun pada realita dilapangannya banyak yang tak pantas untuk mendapat bantuan, tuntutan jaman sehingga kepemilikan barang barang yang menjadi indikator menjadi sudah lagi tak sesuai.
Desa-desa di daerah Sleman Yogyakarta jika diamati memiliki masyarakat yang heterogen, di sisi keagamaan semua agama terdapat di desa Wedomartani, meskipun di mayoritasi agama islam yang mencapai 90an %. Dengan terdapat semua tempat peribadatan di desa ini. Kehetoregenan agama tak menimbulkan atau memicu gesekan di antar agama yang ada. Dari sisi penduduknya sendiri meskipun masih di dominasi penduduk asli namun di kurun waktu abad ini banyak pendatang yang datang dan menetap di desa Wedomartani ini. Begitu pula keberadaan warga Papua yang datang, singgah, hingga menetap pun banyak. Ini karena merupakan desa Transisi dimana dikatakan kota juga belum layak, jika dikatakan desa namun gaya nya sudah seperti di perkotaan. Sehingga Wedomartani menjadi sasaran urban, karana juga terdapat banyak proyek pembanguanan besar yang bakalan terjadi di masa depan yang terintegrasi.
Dalam menangani atau memanagemen konflik yang terjadi di lingkungan masyarakatnya pemerintah melaukan dengan; mengumpulkan dan melakukan pembinaan para tokoh tokoh agamawan yang membicarakan dialog dialog terhadap penanganan isu-isu radikal; pertemuan rutin dukuh dukuh; pelibatan Babinkantibnas, Babinsa TNI, Polisi.
Konflik-konflik kebanyakan terjadi adalah mengenai warisan, dimana pemerintah desa hanya sebagai fasilitator yang menjembatani musyawarah mufakat saja. Pencurian juga menjadi tindak kejahatan yang masih terkadang terjadi di sini. Ini karena sasarannya adaah banyakknya pendatang-pendatag yang melongarkan sistem kependudukan yang asli, meskipun telh terdapat jam malam, dan aturan tamu wajib lapor. Ini karena beragamnya lulusan atau tingkat pendidikan dan pekerjaan di masyarakatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H