Lihat ke Halaman Asli

Dwiroso Dwiroso

Karyawan swasta

Merobek Langit

Diperbarui: 13 Januari 2024   07:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Merobek langit
By. Dwiroso

Merobek langit
Mencari kesadaran
Kesadaran setelah bertahun-tahun
Hidup tidak dengan kesadaran
Berjalan tidak dengan kesadaran
Bicara
Berfikir
Tidak dengan awas kesadaran

Merobek langit
Mencari keberanian
Sebab hari-hariku
Terisi rasa gentar
Aku menjadi tak punya nyali
Terhasut suara-suara yang ciutkan nadi keberanianku

Didepan mata kebenaran diperkosa
Didepan mata ayat-ayat Tuhan dimutilasi
Dipojok sana orang-orang mencincang kejujuran
Mengobrak-abrik semangat yang bertahun-tahun dibangun

Tumpukan buku dibakar
Tak ada tempat untuk benar-benar mencari
Karena pengetahuan
Seperti pengorbanan Socrates
Yang harus dilenyapkan
Sebelum benar-benar membumi
Sebelum menyata dalam realita

Kesadaran itu
Kini ada
Bercokol
Dipikiran manusia
Dimana-mana
Diberbagai ranah
Kesadaran melenyapkan kebenaran
Kesadaran meruntuhkan nurani

Kesadaran bukan untuk menyadarkan
Kesadaran tidak untuk menguatkan
Kesadaran bukan untuk membangun

Jika itu yang terjadi
Berarti itu bukan kesadaran
Dan berarti kesadaran sejati
Terhempas bertubi-tubi
Berpuluh-puluh masa

Untuk masyarakatku
aku mencari kesadaran yang menyadarkan
hingga harus merobek langit
ku tengadakan
dan kupungut beberapa keping firman Tuhan
lalu kutaburkan ke bumi
untuk menjadi benih
bagi tumbuhnya keseimbangan

Untuk masyarakatku
ku koyak langit
sekali lagi
kuraih keberanian dari ufuk tertinggi
keberanian dari Tuhanku
untuk mengganti ketakutanku
untuk melenyapkan ciut nyali
dan keringat dinginku

Tuhan yang menciptakan keberanian
kenapa yang kusematkan rasa gentar?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline