Lihat ke Halaman Asli

Dwiroso Dwiroso

Pekerja freelancer

Akal yang Membunuh

Diperbarui: 6 Juli 2023   05:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Akal yang Membunuh
By. Dwiroso

Ketika kalimat Tuhan hanya dianggap ada
Ketika firman-firmanNya sekedar meluncur dicorong-corong surau
Ketika Buku suci tak lebih menjadi formalitas sumpah pelantikan
Ketika ayat-ayat keselamatan menjadi tidak bertuah

Ketika Akal menjadi yang diutamakan
Ketika akal bumi tidak lagi berdamai dengan akal langit
Ketika akal langit yang membumi
Justeru Akal bumi yang melangit

Semuanya menjadi tidak jelas
Sesuatu yang mustinya kelihatan (muhkam)
Menjadi serba subhat
Hukum seperti barang dagangan
Dijajakan demi para pemilik kepentingan

Tak ada lagi kalimat kembalilah ke Quran dan sunnah
Karena semua tidak lebih hanya benda-benda museum
Akan diingat jika saatnya tiba
Kalau tidak waktu ramadhan
atau kalau ada bencana tiba-tiba

Orang mati di kafani yasin dan tahlil
Dan akan di guyur setiap malam jumat manis
Orang kesurupan
Orang depresi
Berbondong-bondong
Menyerbu kediaman kyai
Memohon ketenangan dari rapal alif ba ta

Ironi
Tapi begitulah
Kapasitas akal manusia
Berbusa mulut mengawal kepentingan berkuasa
Akal diakrobatkan
Akal berakrobat
Akal dibumbungkan
Akal berbumbung
Akal dijubelkan
Akal berjubel
Akal disesakkan
Akal bersesakan
Malam hingga pagi
Atau hingga malam kembali
Seusainya
Akal berserakan di meja-meja tak lagi berguna
Dan mereka yang kemarin mengakrobatkan akal
Yang kemarin membumbungkan diruang-ruang penuh sesak
Kini terkapar
Tak berdaya
Depresi

Mereka bergegas agar tak tamat
Menaruh akalnya
Iling kepada Qurannya
Bukan ngilmu
Bukan nyadar
Namun agar tidak kelanjutan masuk panti rehabilitasi

Sesungguhnya Tuhannya
Telah menganugerahi akal
Bukan untuk dibunuh
Bukan pula untuk menutup rapat cahaya petunjukNya
Tuhan berdawuh
Agar manusia menjaga dan memaksimalkan akal
Bersinergi dengan produk akal dari langit

Namun sayang
Berabad-abad akal dibunuh dari segala yang berasal dari langit
Akal dibiarkan berjalan sendiri
Akal dibiarkan mengembara tanpa bimbingan
Tanpa metode
Dan akhirnya
Akallah
Yang membunuh kita
Menjerembabkan kita
Menyorong diri kita dan terperosok dikubang kejumudan

Kalaulah
Kita masih ingin kembali ke tuhan
dengan cara dan jalan yang benar
Maka damaikan akal
Berkawanlah dalam irama petunjuk ilahi
Bersinergi dengan logika tuhan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline