Lihat ke Halaman Asli

Dwiroso Dwiroso

Pekerja freelancer

Puing-puing Hati

Diperbarui: 22 Mei 2023   09:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Puing-Puing Hati
By. Dwiroso

Setangkup bunga surgawi kupersembahkan padamu
Semerbak aroma nya berkelindan
Menyeruak
Memenuhi ruang hatimu

Setelah berpuluh tahun
Ku biarkan ruang itu hampa
Hanya terisi pilu dan pedih
menyayat  teriris sembilu

Berbagai cerita pilu
Lakon drama melankolis
Terajut, seiring perjalanan waktu
Hingga menyisakan kisah tragis

Bahtera terasa tercabik
Bergemeretak dalam genggaman tangan raksasa
Lalu melempar bangkai kapal ke samudera api
Terombang-ambing dalam badai gelombang panas
Badan kapal nyaris hancur dan terbakar

Tiba-tiba shalawat Jibril
Melesat
Dari langit ke tujuh
Menghantam api yang menjilat
Dari samudera tak bertepi

Terlempar dalam gerak transendensi
Menuju ketinggian
Lalu tumpah segala isi
Dari perut bahtera

Shalawat Jibril, al-mulk, Ar-Rahman
Bersinergi
Menjadi mangkuk
Menjadi wadah remah-remah hatimu

Dan tangan malaikat Mikail menjulurkan setangkup bunga
Untuk persembahan atas puing-puing hati
Merajut semerbak wanginya
Merasuk di kehampaan

Meluruhkan segala dendam dan sakit hati..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline