Lihat ke Halaman Asli

Diplomasi Abdul Malik Bin Marwan, Ketika Bani Umayyah Meraih Kejayaannya Kembali

Diperbarui: 1 Oktober 2019   15:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Abdul Malik bin Marwan adalah khalifah yang berkuasa pada tahun 685 M sampai 705 M. Pada masa kepemimpinannya, Abdul Malik berhasil menyatukan seluruh kekhalifahan dalam kendali tunggal Umayyah yang berpusat di Syria, mengalahkan Abdullah bin Zubair yang menjadi khalifah pesaing di Makkah, dan mengakhiri perang saudara. Abdul Malik juga merupakan khalifah yang pertama kali mencetak dinar dan menetapkan bahasa Arab sebagai bahasa resmi di pemerintahan. Ia juga menjadikan keluarganya sebagai pusat kekuasaan dengan memberikan mereka berbagai kedudukan penting, seperti gubernur dan panglima.

Runtuhnya kedaulatan Umayyah setelah berakhirnya kepemimpinan Mu'awiyah bin Abu Sufyan dipandang Abdul Malik sebagai bukti bahwa sistem desentralisasi tidak cocok diterapkan dalam kekhalifahan sehingga Abdul Malik menggantinya dengan sentralisasi dalam pemerintahannya. Ibnu Khaldun mengatakan bahwa gaya kepemimpinan Abdul Malik ini menyerupai gaya kepemimpinan Umar Bin Khattab dalam urusan tata kelola negara.

Dalam bidang militer, Abdul Malik lebih menggunakan tentara terorganisir daripada mengandalkan relawan suku-suku Arab. Bangsawan Arab yang dulunya mendapat kekuasaan melalui kedudukannya di suku dan hubungan pribadi dengan khalifah mulai diganti dengan anggota militer yang memiliki kapabilitas tinggi.

Pada masa pemerintahannya, Abdul Malik melakukan Islamisasi di berbagai hal. Abdul Malik menghentikan penggunaan mata uang Romawi yang didalamnya terdapat gambar Yesus. Ia kemudian menggantikannya dengan memperkenalkan mata uang Islam yaitu dinar. Awalnya mata uang baru ini berisi gambar khalifah sebagai pemimpin umat dan panglima tertinggi. Namun koin ini kurang diterima sehingga diganti dengan koin tanpa gambar, bertuliskan ayat Al-Qur'an atau kalimat Islami lain seperti tahlil. Sebagaimana dinar, mata uang dirham bergaya Sasania yang sebelumnya digunakan umat Muslim juga dirombak oleh Abdul Malik dengan menghilangkan gambar Kaisar Sasania.

Abdul Malik melakukan proses Arabisasi di kekhalifahan. Ia mengeluarkan maklumat untuk menggantikan bahasa Mesir dan Koptik dengan bahasa Arab di pemerintahan Syria dan Mesir. Hal ini menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa resmi tunggal di negara. Pada masa pemerintahannya, gerakan penerjemahan buku-buku berbahasa Persia dan Romawi ke bahasa Arab mengalami perkembangan yang pesat.

Al-Hajjaj bin Yusuf menjadi salah satu tokoh penting dalam sejarah kekhalifahan dinasti Umayyah. Meski termasuk sosok yang cakap dalam urusan militer dan pemerintahan, Al-Hajjaj sering dipandang buruk oleh sejarawan Muslim lantaran kekejamannya serta pembunuhan atas beberapa sahabat Nabi. Meski begitu, Abdul Malik masih mampu mengekangnya dan para gubernurnya yang lain saat mereka dirasa melampaui batas dalam menetapkan pajak, berlebih-lebihan dalam menggunakan sumber daya, dan menumpahkan darah lebih dari yang seharusnya.

Dengan segala kebijakan yang telah dicanangkan oleh Abdul Malik, dinasti Umayyah akhirnya dapat kembali meraih kejayaannya yang telah rapuh setelah sekian tahun lamanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline