Menerapkan Kurikulum merdeka tapi siswa merasa sedang dijajah, suasana kurang nyaman dan tidak bahagia karena keterbatasan yang dimiliki sekolah. Semangat hanya ada pada waktu pagi hari. Suasana sejuk dan nyaman bagi guru dan murid. Namun menjadi permasalahan jika belajar dan mengajar pada jam setelah istirahat pertama dan semakin berat pada jam setelah istirahat kedua (setelah Sholat Dzuhur) cuaca panas, murid lelah, mengantuk dan bahkan lapar karena uang jajan dan bekal makan sudah habis.
Sedangkan waktu pembelajaran belum habis, bagi sekolah yang menerapkan sistem full day dengan jadwal pulang pukul 16.00 WIB, pasti membutuhkan perjuangan, kreativitas dan strategi handal guru ditantang untuk menumbuhkan semangat dan melawan rasa penat bagi muridnya.
Terlebih lagi jika diagendakan Penilaian harian, akan sulit mendapatkan nilai maksimal dan akhirnya remedial. Keresahan tersebut menjadi sebuah permasalahan sekaligus tantangan bagi guru, oleh sebab itu menjadi penting guru mengetahui dan mempelajari tentang prinsip-prinsip pendidikan Ki Hajar Dewantara, dimana pendidik dengan sistem Among harus mampu memunculkan dan memacu potensi dan bakat para muridnya, dimana guru ibarat seorang petani dan murid adalah benih tanaman yang harus tumbuh sesuai kodratnya.
Pendidikan yang berpusat pada murid menjadikan guru bukan satu-satunya sumber belajar dan setiap proses pembelajaran memiliki tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Dengan seperti itu Guru harus kreatif. Seorang guru harus memahami apa yang membuat muridnya nyaman dalam belajar.juga memahami peran dan fungsi seorang guru.
Penulis seorang guru SMA mata pelajaran PAI, yang biasanya mendapat jam mengajar pada jam setelah istirahat kedua (setelah sholat dzuhur) dengan kondisi sekolah ketika siang hari ruang kelas menjadi tidak nyaman, panas dan membuat resah, sering kali guru hadir dikelas tanpa sambutan hangat, melihat murid dalam kondisi setengah hati dan hanya berharap jam kosong.
Dengan kondisi ini bagaimana mendampingi belajar murid agar mereka bisa Mewujudkan Kemerdekaan setelah merdeka, Keresahan itu selalu penulis rasakan sebelum saya mengenal filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara.
Pada kesempatan ini Penulis ingin berbagi praktik baik dan mencoba menyampaikan bahwa tujuan pengajaran secara umum adalah bagaimana proses belajar mengajar dapat : (1) Berjalan secara efektif dan efisien.(2) Setiap guru menjadi tenaga pendidik yang profesional dan dirindukan murid.(3) Peserta didik merasa nyaman pada setiap proses pembelajaran. Tujuan Pengajaran tersebut sulit tercapai jika guru pasrah dengan keadaan terutama ketersediaan sarana dan prasarana yang ada di sekolah. Menjadi hal yang menarik bagi penulis dalam merancang strategi untuk memenangkan tantangan ini, yang pada akhirnya akan terwujud pembelajaran di jam terakhir bukan lagi hal yang menyeramkan, tidak lagi tercipta suasana belajar yang membosankan.
Strategi belajar yang telah penulis lakukan untuk kegiatan jam terakhir, yaitu :(1) Jika yang terjadi adalah suasana kelas panas dan tidak nyaman, lakukan belajar diluar kelas, belajar di alam terbuka, lebih membuat murid merasa Fresh bersemangat kembali, (2) Rencanakan kegiatan pembelajaran yang menarik dan asik.(3) Siapkan lembar kerja/rubrik/media belajar yang sesuai dengan topik.(4) Pengelompokan murid berdasarkan gaya belajar.(5) Membagi kegiatan pembelajaran sesuai gaya belajar murid. Hal ini pernah penulis lakukan pada mata pelajaran PAI dengan Materi Berpikir Kritis dan mencintai ilmu pengetahuan. Untuk menstimulus siswa agar mencoba berpikir kritis bukan hal yang sederhana, bisa-bisa yang terjadi siswa akan berfikir sampai kritis, menguap dan akhirnya menyerah, yang penulis lakukan saat itu adalah, mengajak murid keluar kelas, mengawali dengan Ice Breaking sederhana dan membagi kelompok berdasarkan gaya belajar.
Respon murid sangat baik dan positif jika mereka belajar sesuai dengan gaya yang mereka sukai, dengan satu tujuan pembelajaran yaitu, siswa terbiasa berpikir kritis dan mencintai Ilmu pengetahuan dengan batasan "Berpikirlah tentang ciptaanNya bukan Berpikir seperti apa dzatNya".
Tanpa guru dikte bagaimana caranya siswa dengan sendirinya menyelesaikan tugas yang diberikan. Siswa dengan gaya belajar Visual, mereka melakukan pembelajaran dengan pengamatan, menganalisis dan menyimpulkan tentang apa yang ada disekelilingnya dan mulai mengisi lembar kerja yang telah penulis sediakan. Siswa dengan gaya belajar Audio memilih melakukan wawancara dan mencari narasumber yang tepat mencari kebenaran dari permasalahan yang mereka pilih.
Sedangkan Siswa dengan gaya belajar kinestetik menunjukan kreativitasnya dengan membuat vlog video tentang alam disekitar lingkungan sekolah. Perubahan positif terjadi setelah murid merasa nyaman.