"Aku rasa bukan hal yang buruk untuk mencoba bekerjasama selain denganku."
Aku melirik sinis ke arah Sarah yang dengan santainya mengucapkan kalimat itu kearahku sembari menyesap jus mangganya. Kami sedang menghabiskan waktu istirahat di Kantin Sekolahku, tempat dimana para siswa biasa berbincang dan mengisi perut mereka.
"Aku benar -- benar yakin kalau hari Senin itu hari buruk." keluhku sembari menguburkan wajahku di meja.
"Kamu nggak bisa nyalahin hari Senin tentang hal itu. Stop berbicara bahwa hari senin itu buruk, aku ini salah satu dari banyak orang yang lahir di hari Senin tau!"
Aku mendesis, tidak menghiraukan teguran Sarah. "Izinkan aku untuk bertukar pasangan tugas kali ini saja denganmu..." pintaku memelas.
"Yang menentukan kan bukan aku..... Lagipula, Langit nggak terlalu buruk untuk dijadikan teman kerjasama. Aku dengar dia nggak sebodoh yang terlihat." balas Sarah sembari mengangkat bahu dengan ekspresi tidak pedulinya itu, menanggapi permasalahan yang aku lebihkan bukanlah sesuatu yang akan menyebabkan hari akhir.
Aku terdiam cukup lama. Ini hal yang baru bagiku, biasanya aku selalu sekelompok dengan orang - orang yang tidak terlalu menonjol sama halnya dengan diriku. Aku punya firasat Langit tidak seperti mereka dan aku tidak merasa adanya kecocokan partner antara aku dengan Pria tinggi dengan rambut ikal itu.
"Aku hanya tidak bisa bergaul dengan sosok aktif seperti dia." Ini bukanlah alasan. Memang benar adanya kalau aku merasa Langit terlalu aktif dan berbanding terbalik dengan diriku yang sulit untuk berbincang dengan orang lain selain Sarah.
"Kamu hanya belum mencoba," Sarah tersenyum saat kedua bola mata cokelatnya menatap kearahku. "Aku pernah ngobrol bareng Langit dan dia anaknya asik, kok."
Mengandalkan kepercayaanku akan ucapan Sarah di Kantin pada istirahat pertama sebelumnya, membuatku langsung menjalankan aksi untuk menyampaikan tugas yang diberikan Guruku ke Langit di jam pulang. Melihat dirinya yang tengah sibuk merapihkan tas dan hendak keluar kelas membuatku buru -- buru mencuri satu -- satunya kesempatan.