Lihat ke Halaman Asli

Dwi Purwaningsih

Admin and Student

Menjadi Public Speaker Bukanlah Suatu Bencana

Diperbarui: 11 Januari 2023   18:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sebagai seseorang yang mudah berbaur dalam lingkungan pertemanan, membuat teman - teman saya meyakini bahwa saya pandai dalam berkomunikasi. Pada suatu waktu, lingkungan rumah saya megadakan suatu acara, yang mengharuskan adanya mc untuk mengatur jalannya acara dengan baik. Lalu saya ditunjuk untuk menjadi MC, Awalnya saya ragu dan ingin menolak, tetapi pada akhirnya saya terima dengan alasan sebagai tantangan untuk diri saya agar bisa lebih berkembang dalam public speaking.

Bisa dikatakan saya minim ilmu untuk menjadi public speaker. Perasaan gugup yang menguasai diri saya, membuat tubuh terasa lebih lemas dan gemetar saat bicara. Saya khawatir kecemasan berlebihan ini akan mengganggu performance saya saat diatas panggung.

Untuk meminimalisir rasa cemas saya, saya melakukan research tentang hal apa saya yang dilakukam mc untuk mencairkan suasana, lalu saya selalu mengupdate hal apa saja yang harus saya kurangi atau saya tambah untuk saya sampaikan diatas panggung. Agar demam panggung tidak terlalu parah, saya melakukan latihan yang disaksikan teman - teman saya, saya meminta untuk dikoreksi jika ada kekurangan dalam penyampaian pesannya. Untungnya teman - teman saya cukup membantu dan support, sehingga itu dapat membangun rasa percaya diri lebih tinggi.

Manfaat yang saya rasakan saat belajar dan menjadi seorang speaker, saya rasa saya dapat lebih mengupdate rasa percaya diri saya, saya lebih bisa berani untuk bicara depan umum, dan saya juga dapat lebih berani untuk mempresentasikan suatu materi dalam kegiatan kegiatan selanjutnya. Saya juga dapat lebih memahami bahwa menjadi pembicara bukan hanya sekedar bicara di depan umum, tetapiSebagai seseorang yang mudah berbaur dalam lingkungan pertemanan, membuat teman - teman saya meyakini bahwa saya pandai dalam berkomunikasi. Pada suatu waktu, lingkungan rumah saya megadakan suatu acara, yang mengharuskan adanya mc untuk mengatur jalannya acara dengan baik. Lalu saya ditunjuk untuk menjadi MC, Awalnya saya ragu dan ingin menolak, tetapi pada akhirnya saya terima dengan alasan sebagai tantangan untuk diri saya agar bisa lebih berkembang dalam public speaking.

Bisa dikatakan saya minim ilmu untuk menjadi public speaker. Perasaan gugup yang menguasai diri saya, membuat tubuh terasa lebih lemas dan gemetar saat bicara. Saya khawatir kecemasan berlebihan ini akan mengganggu performance saya saat diatas panggung.

Untuk meminimalisir rasa cemas saya, saya melakukan research tentang hal apa saya yang dilakukam mc untuk mencairkan suasana, lalu saya selalu mengupdate hal apa saja yang harus saya kurangi atau saya tambah untuk saya sampaikan diatas panggung. Agar demam panggung tidak terlalu parah, saya melakukan latihan yang disaksikan teman - teman saya, saya meminta untuk dikoreksi jika ada kekurangan dalam penyampaian pesannya. Untungnya teman - teman saya cukup membantu dan support, sehingga itu dapat membangun rasa percaya diri lebih tinggi.

Manfaat yang saya rasakan saat belajar dan menjadi seorang speaker, saya rasa saya dapat lebih mengupdate rasa percaya diri saya, saya lebih bisa berani untuk bicara depan umum, dan saya juga dapat lebih berani untuk mempresentasikan suatu materi dalam kegiatan kegiatan selanjutnya. Saya juga dapat lebih memahami bahwa menjadi pembicara bukan hanya sekedar bicara di depan umum, tetapi bagaimana pesan yang kita sampaikan dapat diterima dan dimengerti oleh audience. bagaimana pesan yang kita sampaikan dapat diterima dan dimengerti oleh audience. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline