Luar biasa. Demikianlah kata yang tepat untuk menggambarkan pergeseran dunia industri sejak demam digital melanda. Pergeseran industri tersebut dari industri yang hanya mengandalkan kekuatan manual, bergeser ke industri kreatif digital yang ternyata perkembangannya sangat pesat.
Head of Marketing Communication Perusahaan jasa kurir ekspres dan logistik Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Mayland Hendrar Prasetyo saat berbincang dalam saat talkshow interaktif "Kopiwriting" bersama Kompasiana dengan tema "Industri Kreatif di Era Digital" di Hotel Aston Inn Semarang, Rabu (29/8/2018) menyebut bahkan slogan JNE saat ini adalah "7 paket per detik" ke seluruh Indonesia.
Ini menggambarkan betapa digitalisasi industri, salah satunya melalui bisnis online, tidak hanya konvensional, telah menjadi salah satu "bentuk baru" dunia bisnis dan industri di tanah air.
Bahkan, marketplace dan perusahaan industri digital di Indonesia, banyak menggelontorkan dana besar untuk menyukseskan tren bisnis di dunia industri kreatif. Sebut saja "Go-Jek", Grabb, belum lagi marketplace -- marketplace terkemuka lainnya.
Saat ini, di era digitalisasi, progres sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) berkembang, terutama dari kalangan milenial yang banyak menjadi Youtuber atau pelaku bisnis online.
JNE sendiri, menurut Mayland, juga terus membantu menyukseskan industri kreatif di era digital tersebut, salah satunya pelatihan UMKM. Pihak JNE, kata dia, sudah tahun ketiga mengadakan pelatihan UMKM. Data dari JNE menyebutkan sebanyak 1.860 UMKM yang aktif bertransaksi untuk wilayah Semarang yang mencakup 23 kabupaten/kota.
Dia mengatakan JNE mengajak para pelaku UMKM memanfaatkan berbagai fasilitas atau produk layanan, seperti JLC (JNE Loyalty Card) untuk mengapresiasi dengan perolehan poin hingga JNR (JNE Trucking) untuk pengiriman.
Pesatnya perkembangan industri kreatif di era digital saat ini juga dirasakan jasa pengiriman JNE tersebut. Mayland mengatakan dalam sebulan, pihaknya menangani 20 juta kiriman. "Untuk Semarang, kontribusinya sekitar 3-4 persen, ada kenaikan 30-40 persen dari tahun ke tahun, terutama dari kiriman layanan belanja online,"kata dia.
Sementara, Chief Executive Officer (CEO) Identix Batik Irma Susanti sendiri menceritakan kisah suksesnya mengelola bisnis batik dengan brand yang semakin digandrungi.
Awalnya, Irma menceritakan dirinya sebelum terjun ke dunia UMKM dan bisnis adalah karyawan di salah satu perusahaan swasta luar negeri ternama. "Kemudian saya berfikir, kalau saya dibayar untuk mempromosikan dan menjual produk luar negeri di Indonesia, harusnya saya juga bisa menjual dan mempromosikan produk dalam negeri ke luar negeri,"kata dia.