Islam merupakan agama yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Islam tidak datang begitu saja, kedatangan pedagang mengawali sejarah masuknya Islam di Indonesia. Pada masa kekuasaan Hayam Wuruk Kerajaan Majapahit mencapai masa kejayaannya. Pada saat itu pula penduduknya telah beragama Islam, banyaknya penduduk Majapahit yang beragama Islam disebabkan oleh hubungan dagang antara para pedagang.
Proses pernikahan juga menjadi berkembangnya Islam di tanah Jawa. Hal ini dikarenakan banyaknya pedagang Muslim dari India, Timur Tengah dan Persia menetap, hingga pada akhirnya menikah dengan gadis Jawa. Dengan begitu, Islam mulai mempengaruhi lingkungan di sekitar Jawa dan akhirnya berkembang pesat.
Islam masuk ke Kabupaten Kudus pada abad ke-15, bersamaan dengan penyebarannya di wilayah pesisir utara Jawa. Kudus pada masa itu adalah bagian dari jalur perdagangan maritim yang ramai, yang menjadikannya tempat yang strategis untuk penyebaran agama Islam. Pedagang-pedagang dari Gujarat, Arab, dan Persia membawa ajaran Islam ke wilayah ini dan memperkenalkannya kepada penduduk setempat. Namun, perkembangan Islam di Kudus mencapai puncaknya pada masa kepemimpinan Sunan Kudus.
Peranan Sunan Kudus
Salah satu tokoh penting dalam penyebaran islam di Kabupaten Kudus ialah Sunan Kudus. Sunan Kudus merupakan salah satu dari Wali Songo, Sunan Kudus yang memiliki nama Ja'far Shadiq, yang berasal dari keturunan keluarga bangsawan yang berasal dari Arab. Sunan Kudus memiliki pendekatan yang kultural dalam dakwahnya. Ia mengadaptasi beberapa tradisi lokal yang ada, sehingga ajaran Islam dapat diterima baik oleh masyarakat setempat. Salah satu contoh adalah penerimaan terhadap ritual-ritual yang ada di masyarakat Jawa, yang kemudian dileburkan dengan ajaran Islam. Dengan pendekatan ini membantu mengurangi resistensi dan mempercepat proses akulturasi.
Salah satu aspek penting dari peranan Sunan Kudus dalam menyebarkan Islam di Kabupaten Kudus adalah semangat toleransi yang ia bawakan ke masyarakat setempat. Dengan itu ia percaya bahwa kerukunan antar umat beragama menjadi kunci untuk menciptakan masyarakat yang harmonis. Banyak peranan budaya yang melibatkan berbagai lapisan masyarakat, baik masyarakat Muslim maupun non-Muslim. Hal ini merupakan warisan yang dibawakan Sunan Kudus, yang selalu mendorong masyarakat untuk toleransi dan kerjasama antar umat beragama.
Selain itu Sunan Kudus juga meninggalkan peninggalan sejarah yang menggabungkan perpaduan antara agama Hindu dengan Islam. Contohnya, Masjid Menara Kudus yang memiliki arsitektur menyerupai candi untuk menopang kebudayaan Hindu yang ada di Masyarakat. Peninggalan inipun menjadi simbol kuat keharmonisan antara umat Hindu dan umat Islam.
Munculnya Pendidikan Islam di Kabupaten Kudus
Seiring dengan berdirinya masjid-masjid di Kabupaten Kudus, pendidikan Islam pun mulai berkembang di Kudus. Masjid Menara Kudus, yang dibangun pada tahun 1549, menjadi simbol penting dalam sejarah perkembangan Islam di Kabupaten Kudus. Selain dijadikan tempat Ibadah, masjid ini dijadikan sebagai pusat pendidikan. Maka dari itu Sunan Kudus mendirikan pesantren yang dijadikan tempat belajar bagi santri di luar daerah Kudus.