Lihat ke Halaman Asli

KKN RDR 77 UINWS Kelompok 13

Akun Kelompok 13 KKN RDR 77 UIN Walisongo Semarang

Podcast KKN RDR 77 UIN Walisongo Semarang: Strategi Kultural Walisongo dalam Membangun Generasi Milenial

Diperbarui: 14 November 2021   00:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Podcast KKN RDR 77 UINWS Kelompok 13/dokpri

Mahasiswa KKN Reguler Dari Rumah (RDR) angkatan 77 UIN Walisongo Semarang Kelompok 13 merilis konten podcast kajian kewalisongoan melalui kanal Youtube KKN RDR 77 UINWS KEL 13 dengan tema "Strategi Kultural Walisongo dalam Membangun Generasi Milenial" pada Sabtu, 30 Oktober 2021 pukul 22.00 WIB.

Tsalats Fauzal Muna sebagai koordinator KKN RDR 77 Kelompok 13 mengatakan bahwa Walisongo mempunyai peran penting dalam proses penyebaran Islam di Indonesia khususnya di tanah Jawa. Dalam menjalankan dakwahnya, Walisongo menggunakan strategi yang tepat sehingga Islam dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat Jawa yang pada masa itu mayoritas masyarakatnya memeluk agama Hindu. Akan tetapi, perlu kita sadari pula bahwa era milenial saat ini tentunya sangat berbeda dengan zaman dulu sehingga strategi dakwah yang digunakan Walisongo di zaman dulu belum tentu dapat diaplikasikan di zaman sekarang. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui strategi apa saja yang dapat digunakan untuk menyebarkan ajaran Islam di era milenial ini.

Dalam podcast ini, KKN RDR Kelompok 13 menghadirkan Hanik Rosyida. M. Si, dosen Ilmu Al-qur'an dan Tafsir (IAT) UIN Walisongo Semarang, sebagai narasumber.

Menurut Hanik, sangat penting bagi kita untuk mengetahui strategi yang tepat dalam menyebarkan ajaran Islam di era milenial ini. Beliau menjelaskan bahwa lewat strategi dakwah yang tepat, kita dapat membangun generasi milenial yang unggul dan berakhlaqul karimah.

"Para Walisongo menyebarkan agama Islam dengan memadukan ajaran Islam dengan sesuatu yang sangat mengakar pada masyarakat kala itu, yaitu budaya Jawa. Walisongo memilih budaya Jawa yang tidak bertentangan dengan syariat Islam, kemudian mengisinya dengan nilai-nilai ajaran Islam. Contohnya seperti Sunan Kudus atau Ja'far Shadiq yang melihat mayoritas masyarakat kala itu memeluk agama Hindu dan sangat menyucikan sapi. Dengan kecerdasan Sunan Kudus, beliau melarang masyarakat kudus menyembelih maupun memakan sapi dengan tujuan untuk menghormati agama lain dan mengajarkan toleransi serta empati terhadap agama lain. Generasi muda milenial saat ini dapat memetik intisari dari strategi yang digunakan Sunan Kudus kala itu agar tidak mendiskriminasi maupun melabeli hal-hal yang tidak baik terhadap agama lain." ucap Hanik.

Hanik pun menambahkan bahwa di era milenial ini, teknologi berkembang dengan sangat pesat. Muncul berbagai macam media sosial yang sangat digemari masyarakat seperti Facebook, Instagram, Youtube, dan lain-lain. Kita bisa memanfaatkan media sosial tersebut sebagai sarana dakwah ajaran Islam dengan membuat berbagai macam konten kreatif.

Selain itu, Liya Amirotun Niswa yang merupakan host juga sempat menyinggung tentang bagaimana keistimewaan para Walisongo.

"Walisongo berasal dari kata "wali" yang bermakna kekasih Allah dan kata "songo" yang berarti sembilan, sehingga Walisongo bermakna sembilan kekasih Allah. Walisongo tidak hanya pintar dalam bidang agama dan teori, akan tetapi beliau-beliau juga dikaruniai oleh Allah SWT dengan ilmu mukasyafah yang tidak dapat dicapai oleh kaum awam. Lewat kecerdasan dan ilmu agama yang Walisongo miliki, beliau-beliau dapat menciptakan strategi yang tepat dalam menyebarkan agama Islam di tanah Jawa." ucap Hanik.

Untuk pembahasan lebih lanjut, anda bisa mengakses podcast ini di channel Youtube KKN RDR 77 UINWS KEL 13.


Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline