Lihat ke Halaman Asli

Dwi Nuryanto

Mahasiswa Psikologi UGM

Rembulanku

Diperbarui: 3 Desember 2022   12:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Wajahmu tak ubahnya rembulan yang benderang di langit kelam
Bagai purnama senyum cahayamu lembut membuai diri
Terhenyak aku dari lamunanku begitu dalam
Dikau begitu memesona tiada cela bak bidadari

Duhai, Rembulanku..
Begitu hebatnya kah langit itu? Dikau selalu bersemayam di atas sana
Gemintang bak dayang-dayang berkumpul padamu menambah anggun perangaimu

Duhai, Rembulanku..
Akankah dikau turun menjumpa rindumu di bawah ini?
Pandangku tak pernah berpaling, wajahku mendongak ke langit, senyumku bak pelangi melukis di bawah singgasanamu

Rembulanku..
Ulurkan sebentar tanganmu yang lembut tiada kasarnya itu ke bawah, biarkan si perindu ini menggapai sebentar, membelai betapa bagai sutera amat berharga di negeri seberang

Rembulanku..
Jangan dikau bersembunyi diri di balik mega gelap, tak sudikah wajahmu bertatap rindu ini? Atau telah jijikkah dikau pada gurat wajahku ini? Atau silaukah dikau karena cahaya mata ini?

Rembulanku..
Perindu tak pernah berhenti, ia akan tetap mengembara, hingga bersua dengan yang terindukan
Atau ia akan mati menjadi abu, terbang dan berhenti pada kerinduan yang abadi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline