Lihat ke Halaman Asli

Dwi nuryanti

Please Dream it

Koneksi antar Materi-Relevansi Perjalanan Pendidikan Nasional

Diperbarui: 26 Februari 2024   17:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tugas Filosofi Pendidikan Indonesia

Koneksi Antar Materi - Relevansi Perjalanan Pendidikan Nasional

Oleh: Dwi Nuryanti/ PPG Prajabatan UST/ Matematika

"Ing Ngarsa Sung Tulada" merupakan semboyan Ki Hadjar Dewantara yang memiliki arti seorang guru harus memberi contoh atau panutan yang baik, "Ing Madya Mangun Karsa" yaitu seorang guru yang berada di tengah-tengah peserta didiknya untuk membangun semangat hingga mendukung ide-ide mereka untuk berkarya, dan "Tut Wuri Handayani" yang bermakna seorang guru yang mendorong dari belakang untuk menopang dan menunjukan arah yang benar bagi hidup peserta didiknya. Semboyan Ki Hadjar Dewantara tersebut yang menuntun kami para Dewantara Muda untuk meneruskan perjuangan beliau menjadi seorang Guru Profesional. Saya sebagai seorang lulusan baru yang belum mengenal lebih banyak mengenai dunia pendidikan sangat terbantu sekali dengan program pendidikan profesi guru. Salah satu mata kuliah Pendidikan profesi guru yaitu Filosofi Pendidikan Indonesia dimana mata kuliah tersebut yang membuat saya dapat mengenal lebih dalam tentang bapak pendidikan nasional Indonesia serta perjuangan beliau yang membuat kami merasakan pendidikan dengan nyaman.

Pendidikan sendiri merupakan proses meniti hamparan hidup yang panjang menempati ruang dan waktu yang membentang sepanjang usia anak didik. Pendidikan berusaha membuat anak menemukan diri, kemampuan, ketrampilan, kecerdasan dan kepribadiaan secara optimal. Pendidikan merupakan tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak menurut Ki Hadjar Dewantara. Pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

Sejarah pendidikan di Indonesia berlangsung begitu lama baik pada zaman sebelum kolonial, sebelum kemerdekaan maupun setelah kemerdekan. Perjalanan pendidikan nasional tidak terlepas dari sejarah panjang di masa lampau, misalnya pendidikan pada masa Belanda atau kolonial yang berawal dari adanya sistem politik etis di Indonesia. Salah satu isi politik etis adalah edukasi atau pendidikan, di mana sistem pendidikan hanya diperuntukkan untuk kalangan tertentu sehingga terjadinya sebuah diskriminasi. Hanya golongan masyarakat atas dan calon-calon pegawai saja yang diperbolehkan menempuh pendidikan. Salah satu dampak dari adanya pendidikan kolonial telah melahirkan tokoh-tokoh terpelajar yang memiliki cita-cita untuk melepaskan Indonesia dari belenggu pemerintah kolonial. Adapun golongan terpelajar yang dimaksud adalah Soetomo (Budi Utomo), Suwardi Suryaningrat/Ki Hajar Dewantara (Sekolah Taman Siswa), K.H Ahmad Dahlan (Muhammadiyah), R.A Kartini (Emansipasi perempuan).

Perjalanan Pendidikan Nasional di Indonesia memiliki sejarah yang sangat panjang. Dampak dari pendidikan kolonial tersebut membuat Ki Hajar Dewantara mendirikan sekolah Taman Siswa. Pendirian Taman Siswa merupakan bentuk perlawanan Ki Hadjar Dewantara terhadap deskriminasi pendidikan yang diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda. Pada era pemerintahan Hindia Belanda, pendidikan hanya berfokus pada tenaga kerja perusahaan Belanda. Sedangkan rakyat hanya diberi pendidikan membaca, menulis, dan berhitung seperlunya. Selain itu pernah didirikan sekolah Kabupaten yang hanya mendidik calon pegawai pemerintahan.

Sistem pendidikan taman siswa menganut sistem among yang mengemukakan dua dasar yaitu kemerdekaan dan kodrat alam. Landasan pemikiran Ki Hadjar Dewantara masih relevan sampai sekarang dan menjadi dasar pelaksanaan kurikulum merdeka. Pendidikan di Taman Siswa selalu menekankan kepada siswanya untuk tidak bergantung kepada orang lain dan tetap berpegang teguh pada prinsip berdikari (berdiri di kaki sendiri).

Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan isi dan irama. Artinya bahwa setiap anak sudah membawa sifat atau karakternya masing-masing, jadi sebagai guru kita tidak bisa menghapus sifat dasar peserta didik, yang bisa dilakukan adalah menunjukan dan membimbing peserta didik agar muncul sifat-sifat baiknya sehingga menutupi/mengaburkan sifat-sifat yang kurang baik. Kodrat zaman bisa diartikan bahwa kita sebagai guru harus membekali keterampilan kepada siswa sesuai zamannya agar mereka bisa hidup, berkarya danmenyesuaikan diri.

Hal baru yang saya pelajari setelah memahami materi pada topik 1 adalah mengenai perjalanan pendidikan nasional di Indonesia, perjalanan KI Hadjar Dewantara dalam memperjuangkan pendidikan di Indonesia, saya juga belajar mengenai ajaran taman siswa. Sebelum saya mempelajari materi pada topik 1 saya menganggap bahwa guru menjadi satu-satunya sumber ilmu bagi peserta didik serta peserta didik adalah objek yang tidak mengerti apa-apa. Namun setelah saya mempelajari materi pada topik 1 ini saya dapat mengerti bahwa sebagai seorang guru kita harus selalu terbuka dan tetap waspada terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dan serta menjadikannya perubahan tersebut sebagai ruang untuk berinovasi. Peserta didik juga sudah tumbuh sesuai dengan kodratnya masing-masing dan sebagai seorang guru hanya sebagai fasilitator seperti pendidikan yang dilaksanakan pada kurikulum merdeka saat ini bahwa berpusat kepada peserta didik. Sebagai seorang guru kita harus mampu menuntun dalam perkembangan peserta didik sesuai dengan kodratnya masing-masing. Saya sebagai calon guru dengan memahami topik 1 ini saya dapat belajar mengenai sistem among, dimana sistem among mengajarkan kepada saya yaitu mendidik anak agar menjadi manusia yang merdeka dalam batinnya, pikiriannya, dan tenaganya. Sebagai seorang calon guru nantinya saya tidak dapat memaksa peserta didik saya untuk mengikuti metode pembelajaran seperti yang saya lakukan namun sebagai seorang guru saya dapat mendidik mereka untuk menemukan sendiri pengetahuan dan menggunakannya untuk kehidupan mereka dan guru hanya menuntun mereka sebagai fasilitator saja. Sebagai seorang guru juga saya harus melayani peserta didik dengan semboyan Ki Hadjar Dewantara dimana saya harus memberikan teladan yang baik kepada peserta didik, membangun semangat dan memberikan dorongan bagi tumbuh kembang peserta didik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline