Sofia duduk di bangku perpustakaan kampus dengan buku terbuka di depannya, tetapi pikirannya melayang jauh. "Aduh, sudah jam berapa ya?" gumamnya sambil mengerutkan dahi. Dia ingin sekali menyelesaikan tugas akhir untuk mata kuliah Teaching English as Foreign Language (TEFL)-nya, tetapi di luar sana, ada dunia yang menunggu untuk dijelajahi. "Sepertinya aku harus segera kembali ke rumah untuk memberi les anak-anak," katanya pada diri sendiri.
Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Pesan dari ibunya muncul di layar. "Sofia, jangan lupa makan ya. Jangan terlalu memaksakan diri." Sofia tersenyum. "Iya, Bu. Aku akan makan setelah ini," balasnya sambil menghela napas. Dia tahu ibunya khawatir, tetapi dia merasa sudah terjebak dalam rutinitas yang harus dia jalani.
"Eh, Sofia!" suara temannya, Sarah, memecah konsentrasi. Sarah berdiri di pintu perpustakaan dengan senyum lebar. "Ada kabar baik! Kamu dapat beasiswa magang di luar negeri!"
"Serius?!" Sofia melompat dari tempat duduknya, hampir menjatuhkan bukunya. "Kapan? Di mana? Ini gila!"
"Di Jepang! Kamu harus segera mengurus berkas-berkasnya. Ini kesempatan emas!" Sarah mencengkeram tangan Sofia, ekspresinya penuh semangat.
Sofia terdiam, matanya berbinar. "Tapi... aku masih harus memberi les anak-anak. Dan tugas-tugas ini..."
"Biarin! Ini peluang untuk kamu tumbuh. Kamu bisa mengatur semuanya," Sarah meyakinkan. "Kamu kan pekerja keras. Ingat, ambisi itu penting!"
"Ya, kamu benar..." Sofia mengangguk, tetapi rasa cemas mulai menggerogoti pikirannya.
Setelah pertemuan dengan Sarah, Sofia pulang ke rumah. Ibunya sudah menyiapkan makanan di meja. "Sofia, kamu terlihat lelah. Ada apa?"
"Bu, aku dapat beasiswa magang di Jepang!" Sofia melompat kegirangan.
"Wah, itu luar biasa! Tapi, bagaimana dengan les anak-anakmu?"