Suatu hari saya pergi ke suatu Bank untuk menanyakan ATM yang rusak..
Pertama kali saya datang ke Bank , saya mendapat jawaban , diminta datang satu Minggu lagi karena harus minta PIN dikantor cabang.
Satu minggu kemudian saya datang dengan harapan selesai urusan, tetapi ternyata dijawab PIN dari Kantor Cabang belum datang saya jawab “kalau begitu ATM diblokir saja dan saya minta ganti baru” pikir saya bisa langsung digantikan , ternyata tidak , dijanjikan satu Minggu untuk datang lagi.
Masih berharap saya datang ketiga kalinya dengan urusan yang sama , dijawab system tidak online jadi datang saja ke kantor cabang, saya bilang mana ATMnya? Minta disana saja. Eh lha iya , kok tidak diproses saat system tidak sedang dalam gangguan.
Datanglah saya ke kantor cabang , kedatangan yang ke empat, Costumer Servicenya tidak seperti di cabang Pembantu, disini banyak senyum, sedikit-sedikit senyum sambil bilang “maaf mohon ditunggu” , oke saya tetap menunggu, ternyata hanya bisa senyum-senyum karena tidak bisa menyelesaikan masalah.
Ah betapa pemimpin Bank tidak tahu apa yang terjadi di garda depan Banknya, mungkin pertimbangan Pimpinan ditunjuk orang-orang yang murah senyum, dengan kemampuan yang asal bisa.
Dan saya kira banyak Costumer Service memang yang dipilih adalah orang-orang yang rupawan , cantik-cantik dan banyak senyum, padahal belum tentu menguasai teknologi yang ada dihadapannya yang serba online.
Saya teringat tentang kiasan memasang puzzle yang salah. Puzzle atau potongan-potongan gambar yang sering dipakai anak-anak TK untuk bermain menjadi kiasan yang tepat untuk mengistilahkannya. Gambar didalam puzzle yang hampir selesai pun apabila ada 2 potong yang belum terpasang akan menjadikan puzzle tidak jadi , apalagi jika salah menempatkannya , maka gambar akan berantakan .
Potongan-potongan puzzle itu harusnya berada di tempat yang tepat, namun sayang hanya karena kelihatnanya bentuk potongan puzzle itu cocok, maka dengan sekenanya menempatkannya di tempat yang bukan untuknya. Gambar besar pun jadi berantakan. Rupanya seperti itulah kalau salah menempatkan orang di tempat kerja.
Ternyata adalah kesalahan yang besar dalam dunia kerja, ketika menerima orang yang salah yang kemudian akan kesulitan menempatkannya di tempat yang tepat.
Akan sama sulitnya membawa dalam satu tim yang solid 7bagi orang-orang :
1. yang tidak mau belajar dan berkembang,
2. bersikap tidak jujur,
3. suka menebarkan kata-kata negatif dan pesimis.
Hal yang sama adalah mendapatkan orang yang tepat, namun sayang menempatkannya di tempat yang salah. Karena itu akan membuat kebingungan dan membuat orang tersebut frustasi dengan apa yang sedang dikerjakannya. Akan berdampak sedikit kemajuan yang bisa dicapai. Potensi yang luar biasa tak akan pernah menjadi maksimal jika ia berada di tempat yang salah.
Pelajaran yang bagus yang akan sangat berguna untuk memajukan perusahaan. Bahkan Perusahaan yang sederhana yang baru berkembang jika menerapkan prinsip yang benar, “the right man in the right place”, “orang yang tepat di tempat yang tepat pula.” pasti akan membawa dampak yang luar biasa untuk kemajuan, seperti gambar puzzle akan terlihat .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H