Lihat ke Halaman Asli

Sanubariku Terdampar

Diperbarui: 1 Desember 2023   14:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Di sudut Kampus biru, sang bayu berhembus lembut menyapaku, hijaunya ilalang memanjakan mataku, bunga-bunga indah harum semerbak hingga sampai diujung diindra penciumku. Aku termenung mencoba mendamaikan pergelutan bantin dan fikiranku. Antara sedih dan bahagia, bahagiaku yang bisa menyelesaikan pencarian ilmu di sini lebih cepat dan segera menggapai mim-mimpiku, namun biaya administrasi segunung itu, apakah bisa aku dapatkan dalam waktu yang terbilang singkat? Sedangkan bea siswa hanya sampai semester lalu.

Dengan tergopoh-gopoh dan bermuka murung, Santi tiba-tiba menghampiriku.

"Hey Zahra, aku kira kamu tidak ngampus hari ini, karena sejak pagi belum terlihat batang hidungmu."

"Iya, aku memang tidak ke kantin hari ini, ingin memandang ciptaan Allah yang maha indah agar segera berakhir perang ini." Lirihku.

"Jadi sang putri sedang gegana juga ya?, sama dong. Sambil tertawa kecil.

"Apaan gegana?" penasaran.

"Gelisah, galau, merana" celetuk Santi.

"Haha..emang mahasiswi satu ini paling jago kalau buat akronim."

"Makasih sobat, kamu baru tau ya kalau aku cerdas?" hehe.

"Ya..ya..ya cukup deh, lebih baik kita cari solusi secepatnya tetang problematika kehidupan kita ini."

"Oke..tapi apa maksudmu, kamu juga masih memikirkan tentang adm itu?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline