Berkesempatan berjumpa degan presiden RI bagi sebagian orang memang sebagai sesuatu yang sangat spesial, terlebih lagi bila bisa bersalaman dan ngobrol sepatah dua patah kata. Sebenarnya Jumat(26/1/17) kemarin bukanlah kali pertama berjumpa, bahkan sebagian kompasianer pernah diundang dalam perjamuan makan bersama beliau saat di acara kompasianival (Bravo dan sukses untuk Bung Isjet sang kurator acara serta acung tangan bila anda termasuk salah satu yang beruntung dihubungi stafnya bung Isjet.hhe). Waktu perjamuan di Istana, saya sebenarnya termasuk yang tidak bisa terbang ke Jakarta karena pada hari dan jam yang sama, saya memiliki acara yang tidak bisa ditinggal. Nah mungkin Allah memberikannya dihari jumat kemarin, bukan saat di Jakarta tapi di Kulon Progo, Yogyakarta.
6 hari yang lalu diJumat siang, tepat sesaat sebelum adzan berkumandang.
Pak Jokowi bersama Sri Sultan Hamengkubuwono X berjalan dikawal paspampres memasuki Masjid agung Wates. Sri Sultan jalan sedikit lebih cepat, dibelakangnya terlihat Pak Jokowi yang datang sumringah dan sedikitpun tak terlihat gurat lelah-letih-lesu diwajah beliau, meski setelah perjalanan cukup lama, perlu diketahu hari itu beliau bersama Sultan melakukan Sholat Jumat di Wates setelah agenda peletakan batu pertama calon bandara baru Yogyakarta.
Hari itu masyarakat Wates menyambut kedatangan orang nomor satu di Indonesia dengan penuh suka cita, di sepanjang jalan utama, ditepi trotoar terlihat para siswa SD, SMP hingga SMA berbaju motif geblekrenteng, batik khas Kulon Progo dengan membawa bendera dan spanduk, tulisan selamat datang Pak Jokowi. Kebetulan disaat bersamaan, turut serta melewati jalan yang beberapa menit lagi akan dilintasi Pak presiden bersama rombongan sehingga atmosfer kemeriahan sangat terasa ketika melintasi rute tersebut.
Kesempatan saya bertemu dengan beliau sebenarnya bukanlah sesuatu yang saya rencanakan, bahkan hingga saya bersalaman dan mengobrol sepatah dua patah katah plus menerima ini (jokowi's signature in a book-mudah-mudahan bisa kelihatan, maklum filenya cukup besar, boleh main kerumah kalau makin penasaran,hhe)
Ini buku nantinya akan kuberikan pada seorang yang saya ingin beliau segera lekas sembuh, dengan adanya tanda tangan Pak Jokowi di buku ini semoga menambah semangat beliau membaca dan mencoba hal-hal baru(sebenarnya saya tidak tau, apakah ia yang termasuk mengidoalakan Pak Jokowi, yang saya tau ia selalu senang dengan semua orang yang membawa perbaikan. Mudah-mudahan Allah memberi kesembuhan padanya. Ia sangat tegar. Saya sangat bangga pada dirinya, ingin sekali satu waktu kelak, menulis tentangnya. O ya, buku ini sangat saya sarankan bagi yang pingin lekas sembuh, bahkan dengan mengurangi obat pun bisa tetap lekas sembuh, mengurang obat disini tidak berarti anti dengan obat, yang dimaksudkan ialah mengeliminasi obat-obat complement/obat-obat penahan rasa sakit dan meminum obat yang benar-benar mengobati secara efektif, dibuku ini dijelaskan semua akan berhasil dengan dibarengi perubahan pola hidup tentunya, penasaran dengan buku terbitan kompas ini? seperti ini sampulnya!
Setelah hari itu, tak terasa sudah dipenghujung Januari dan mungkin para rekan kompasianer akan membaca uneg-uneg saya ini diawal bulan Februari, ada sedikit catatan setelah bersalaman dan mengobrol sepatah, dua patah kata pada beliau, mengapa saya tak sempat menyampaikan tentang pengagguran di Kulon Progo, mengapa saya tak sempat mengatakan betapa minimnya anggaran pelatihan ketrampilan dari dinas sosial, BLK, SKB, seta instansi lainnya?mengapa saya tak sempat megatakan berapa angka jumlah pemuda putus sekolah?mengapa saya tak sempat mengatakan seberapa mahalnya sumbangan pendidikan?mengapa saya tak sempat menyampaikan jalan-jalan ke sekolah rusak karena dilewati armada tambang bertonase berlebih (titik terparah Sendangsari) , mengapa saya tak sempat menyampaikan bila banyak masyarakat yang perlu disejahterakan dan perlu sistem terbarukan untuk mengatasi segala permasalahan tersebut, banyak sekali yang ingin disampaikan namun setelah saya pikir-pikir, apalah saya, saya hanya seorang pemuda desa ditepian negeri ini, yang hanya bisa mengumpulkan sedikit asa dan berusaha menenunnya kembali. Namun bila rekan-rekan bertanya, bagaimana hasilnya, selalu kupejamkan mata, hanya seperti itu yang bisa saya lakukan. entahlah
Do'a hari ini dan hari-hari berikutnya
Setelah peletakan batu pertama, mudah-mudahan ada kesempatan bertemu kembali di peresmian bandara beberapa tahun selanjutnya. Semoga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H