Lihat ke Halaman Asli

Dwi Marfuji

Runner, pingin hidup sehat dan syukur manfaat buat orang lain

Dua Hari Bersama Novelis Lupus

Diperbarui: 2 Maret 2016   10:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Boim, Dwi, Hilman Lupus dan Gusur (Dari Kiri kekanan) Doc.Mbak Adien"][/caption]

Akhir Februari ini di Jogja tepatnya pada tanggal 27 dan 28, saya sangat bahagia bisa bersua Hilman Hariwijaya, pengarang novel legendaris (Lupus) yang karyanya bertahan hingga beberapa generasi. Saya beruntung juga bisa bertemu dua karakter nyata sahabat dalam novelnya, Gusur Adhikarya dan Sudiyanto (Boim) yang karya-karya mereka juga tak lekang oleh waktu.

Ini sangat amazing dan baru kali ini saya benar-benar bisa bertemu dengan trio lupus setelah lama menggemari novelnya. Beberapa judul menancap kuat diotak saya dan memberikan kesan tersendiri. Saya mengagumi produktivitas dan kemampuan menulis mereka, bahkan diwaktu sesibuk apapun mereka tetap masih bisa menulis. Bang Hilman yang sekarang merangkap sebagain penulis naskah sinetron populer Anak Jalanan, Mas Boim dengan segudang proyek dirumah produksinya dan Mas Gusur sebagai seorang pemimpin disebuah perusahaan tetap masih konsisten dalam menulis.

Pertemuan dua hari walaupun sangat singkat namun sangat menginspirasi dan membangunkan saya sebagai pemuda pelanjut estafet generasi baru. Mas Hilman, MasBoim, Mas Gusur memang tak lagi muda namun karyanya tetap selalu menerangi para pemuda, bahkan melalui Lupus sebuah karakter unggul bisa digali dan ditanamkan.

Acara 30tahun lupus ini diselenggarakan oleh Kompas dan Tirana House. Seharusnya kemeriahan dan keramaian antrian masuk diajang pencarian penulis ini seperti diajang pencarian bakat lainnya, Indonesian Idol, IMb, Xfactor-lah namun sayang tak demikian. Saya berpikir, apakah ini gejala kita meminggirkan sastra yang sejatinya memanusiakan kita? Namun apapun itu, bagi saya Trio Lupus tetap urun andil memperbaiki generasi indonesia, bahkan sejak 1986 pertama kali terbit. Tahun itu Indonesia disuguhi dengan film dan buku-buku yang amoral, perusakan karakter yang sistematis itu sedikit terbendung dan terobati dengan hadirnya tokoh Lupus, pemuda jenaka, tidak merokok, suka permen karet yang cerdas dan hidup penuh tantangan serta kepedulian terhadap sesama.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline