Kondisi pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung hampir 2 tahun telah memunculkan beragam dampak positif dan negatif di segala aspek kehidupan, sehingga dampaknya sangat dirasakan sampai sekarang.
Kondisi tersebut telah memaksa siswa-siswi kita belajar secara mandiri menggunakan teknologi digital, di mana dengan kecanggihan teknologi tersebut sangatlah mudah bagi siswa/siswi untuk mengakses segala informasi kapan saja dan di mana saja.
Keterbatasan bersosialisasi dan minimnya ruang interaksi selama masa pandemi juga menyebabkan munculnya beragam permasalahan psikis bagi remaja, mereka seperti dibatasi oleh ruang dan kesempatan untuk berkomunikasi secara langsung di mana semua interaksi dan komunikasi banyak dilakukan secara online.
Efeknya siswa merasa tertekan, stres, cemas, merasa memiliki masalah pada kesehatan mentalnya dan ternyata masih dirasakan oleh mereka sampai saat ini.
Bu, ada waktu sebentar? Saya ingin ngobrol tentang diri saya. Saya kayaknya lagi mental illness deh bu, depresi deh rasanya kalo inget-inget hal itu. Saya itu kayaknya ada gejala social anxiety disorder deh bu. Saya juga ADHD loh bu, saya kayaknya OCD bu itu gejalanya kayaknya mirip banget sama diri saya. Bu kalau kepikiran self harm itu dosa apa ngga ya bu?
Itulah beberapa curhatan beberapa remaja, ada yang menyampaikannya secara langsung dan ada juga yang dengan semangat menuliskannya lewat pesan melalui HP. Sedih, miris, kaget dan mengerikan rasanya mendengarkan ungkapan yang mereka sampaikan.
Benarkah seberat itu permasalahan yang mereka hadapi?
Sungguh saya merasa terkaget-kaget, dengan usia yang masih terbilang remaja belasan tahun, kosa kata mereka tentang kesehatan mental dan istilah-istilah dunia psikologi sangat luar biasa.
Lalu apakah memang benar permasalahan yang mereka hadapi seberat itu? Ataukah mereka memang ada ketertarikan pada bidang kesehatan jiwa/dunia psikologi? Atau memang mereka sedang mengalami permasalahan serius sehingga memaksa mereka mencari tahu dan meyakini bahwa mengidap masalah kesehatan mental yang mereka diagnosa sendiri.
Saya melihat fenomena ini sebagai self diagnose, yang akhir-akhir ini menjadi sangat trend di kalangan remaja, dan banyak dari mereka sudah tidak malu lagi memamerkan permasalahan mentalnya di media sosial dengan berbagai tujuan ada yang ingin menarik simpati untuk menaikkan popularitas atau sekedar untuk mencari perhatian banyak orang.