Lihat ke Halaman Asli

Panca Sradha: 5 Dasar Keyakinan dalam Agama Hindu

Diperbarui: 20 Maret 2023   07:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Agama Hindu merupakan salah satu agama yang ada di Indonesia. Sebagai sebuah agama sudah seharusnya memiliki dasar-dasar kepercayaannya sendiri. Dasar-dasar ini merupakan pegangan dalam menjalankan dan mengamalkan seluruh ajaran agama di dalamnya. Selain itu, memiliki dasar keyakinan menjadikan semua umat beragama memiliki kepercayaan akan keberadaan Tuhan. Jika seluruh umat sudah memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap keberadaan Tuhan maka mereka akan dipermudahkan dalam segala urusannya baik itu di dunia maupun di akhirat. Mempelajari agama sendiri memiliki banyak manfaat bagi umat yang menekuninya, salah satunya dapat mencapai tujuan akhir hidupnya. Dengan memiliki keyakinan yang tinggi terhadap seluruh ajaran dalam agamanya, manusia dapat mengambil keputusan dengan lebih baik dan bermoral. Kuatnya keyakinan yang dimiliki akan mengarahkan menusia ke arah yang baik dalam menjalani kehidupannya.

Agama Hindu memiliki tiga kerangka dasar yang terdiri dari Tattwa (filsafat), Susila (etika), dan Upacara (ritual). Tattwa merupakan pemikiran filsafat yang akhirnya harus diyakini kebenarannya. Berdasarkan terminologi Hindu, kata Tattwa tidak dapat didefinisikan sebagai filsafat, tetapi lebih tepat didefinisikan sebagai dasar keyakinan Agama Hindu. Susila adalah ajaran moral atau cara berprilaku yang baik serta landasan filosofi yang mendasari suatu perbuatan baik harus dilakukan. Sedangkan upacara adalah sebuah persembahyangan yang dilakukan dengan lascarya atau tulus ikhlas, sebagai ungkapan bersyukur, rasa terima kasih dan bhakti kepada Maha Pencipta dunia beserta isinya. Ketiga kerangka dasar tersebut memiliki keterkaitan satu dengan lainnya dalam mengantarkan umat hindu mencapai tujuan akhir hidupnya yaitu moksa.

Sebagai dasar keyakinan Hindu, Tattwa yang merupakan salah satu dari ketiga kerangka dasar Agama Hindu mencakup lima dasar keyakinan yang disebut dengan Panca Sradha. Secara etimologis, Panca Sradha terdiri dari dua kata yaitu Panca yang bermakna lima dan Sradha yang bermakna kepercayaan. Jika disimpulkan maka Panca Sradha memiliki pengertian sebagai lima dasar kepercayaan dalam Agama Hindu yang harus dipegang teguh dalam menjalani kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dabn bernegara demi mencapai tujuan kehidupan. Lima kepercayaan tersebut terdiri dari beberapa bagian, antara lain sebagai berikut:

  • Percaya dengan kehadiran Ida Sang Hyang Widhi atau Brahman (Widhi Sradha)
  • Percaya dengan adanya Atman (Atma Sradha)
  • Percaya dengan adanya Hukum Karma (Karmaphala Sradha)
  • Percaya dengan adanya kelahiran kembali atau Punarbawa (Punarbhawa Sradha)
  • Percaya dengan adanya Moksa (Moksa Sradha).

Kelima kepercayaan ini saling berkaitan satu sama lain dalam mencapai tahap keberhasilannya. Dimulai dengan percaya dengan kehadiran Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi, seluruh umat akan mempelajari lebih dalam tentang ketuhanan. Mempelajari ilmu tentang ketuhanan atau Brahamanvidya merupakan langkah awal untuk semakin percaya akan adanya Tuhan. Keyakinan tentang kebenaran adanya Ida Sang Hyang Widhi dapat dilakukan melalui ajaran Tri Premana yaitu tiga cara memperoleh pengetahuan. Adapun terdapat tiga bagiannya yaitu Pratyaksa Pramana, Anumana Pramana dan Sabda Pramana. Pratyaksa Pramana adalah kemampuan mengetahui suatu kebenaran dengan cara pengamatan langsung melalui Panca Indra. Anumana Pramana adalah kemampuan mengetahui suatu kebenaran dengan penyimpulan dari hasil pengamatan. Sabda Pramana aalah kemampuan mengetahui suatu kebenaran melalui kitab suci dan penyaksian dari orang suci yang layak dipercaya kebenarannya.

Setelah mampu mempercayai adanya Tuhan dengan baik, seluruh umat Hindu kemudian mempercayai adanya Atman. Atman sendiri dipercayai sebagai roh suci atau jiwa yang menjadi sumber kehidupan bagi seluruh makhluk ciptaan Tuhan yang berasal dari Tuhan itu sendiri. Dalam kitab Upanisad disebutkan bahwa "Brahman Atman Aikyam" yang memiliki arti bahwa Brahman (Tuhan) dan Atman adalah satu. Atman yang ada dalam tubuh manusia disebut Jiwatman yang berasal dari percikan-percikan kecil Parama Atman atau Tuhan. Adapun beberapa sifat yang dimiliki oleh Atman yang disebutkan adalam Bhagawadgita (II, 24, 25) antara lain Achodya (tidak terlukai oleh senjata), Adahya (tak terbakar oleh api), Akledya (tak terkeringkan oleh angin), Acesyah (tak terbasahkan oleh air), Nitya (abadi), Sarwagatah (dimana-mana ada), Sthanu (tak berpindah-pindah), Acala (tak bergerak), Sanatana (selalu sama), Awyakta (tak dilahirkan), Achintya (tak terpikirkan), dan Awikara (tak berubah).

Selanjutnya, umat Hindu mempercayai adanya hukum karma bahwa segala perbuatan akan menimbulkan akibat sesuai dengan perbuatannya. Karmaphala terdiri dari dua kata yaitu karma yang berarti perbuatan dan phala yang berarti hasil sehingga dapat dikatakan bahwa karmaphala merupakan hasil dari perbuatan kita. Akibat atau hasil tersebut bisa baik bisa buruk tergantung dengan perbuatan yang dilakukan. Oleh karena itu, jika kita ingin menikmati hasil yang baik maka kita harus berbuat baik terlebih dahulu. Hasil dari perbuatan yang dilakukan tidak semua langsung dapat dirasakan saat itu juga. Terdapat tiga jenis Karmaphala dalam Agama Hindu, yaitu Sancita Karma Phala adalah perbuatan yang dahulu dilakukan namun hasilnya dinikmati sekarang, Prarabda Karma Phala adalah perbuatan yang sekarang dilakukan akan dinikmati hasilnya sekarang juga dan Kriyamana Karma Phala adalah perbuatan yang dilakukan sekarang namun hasilnya dinikmati dimasa yang akan datang.

Dengan mempercayai adanya Karmaphala, umat Hindu kemudian mempercayai adanya kelahiran kembali atau reinkarnasi yang disebut dengan Punarbhawa. Terdiri dari dua kata yaitu punar yang artinya musnah atau hilang dan bhawa yang artinya tumbuh atau lahir menyimpulkan bahwa Punarbhawa memiliki arti kelahiran kembali. Kelahiran yang berulang-ulang ini terjadi karena Jiwatman masih terpengaruh oleh kenikmatan duniawi dan disebabkan juga oleh adanya sisa karma. Dilahirkan kembali sebagai manusia merupakan sebuah kesempatan untuk memperbaiki diri dan menebus semua perbuatan buruk yang dilakukan selama masa hidup sebelumnya. Punarbhawa erat kaitannya dengan karmaphala dimana terlahir kembali sendiri disebabkan oleh karma dikehidupan lampau atau karma wesana (sisa perbuatan) yang harus diperbaiki. Oleh sebab itu, semasa hidup kita harus berusaha untuk terus berbuat kebaikan agar tidak mengalami kelahiran kembali dan terbebas dari segala penderitaan.

Apabila umat Hindu sudah tidak mengalami kelahiran kembali atau punarbhawa maka sudah dapat dipastikan telah berhasil mencapai kesempurnaan hidup. Hal ini berkaitan dengan Sradha yang kelima, yaitu keyakinan adanya moksa yang menjadi tujuan akhir seluruh umat Hindu. Moksa berasal dari bahasa sansekerta yaitu "muc" yang berarti melepaskan atau kebebasan dari segala keterikatan duniawi dimana Atman telah menyatu dengan Brahman. Apabila telah mencapai moksa maka umat Hindu sudah tidak akan mengalami kelahiran kembali ke dunia. Adapun terdapat empat jenis moksa yaitu Samipya Moksa adalah kebebasan yang dicapai semasa hidup, Sarupya Moksa adalah kebebasan yang dicapai di dunia karena kelahirannya di mana kedudukan Atman merupakan pancaran dari kemahakuasaan Tuhan, Salokya Moksa adalah kebebasan yang dicapai ketika Atman telah mencapai kesadaran yang sama dengan Tuhan dan Sayujya Moksa adalah kebebasan tertinggi ketika Atman telah benar-benar menyatu dengan Brahman.

Dalam agama Hindu terdapat empat jalan dalam menempuh Moksa yang disebut dengan Catur Marga yang terdiri dari Bhakti Marga, Karma Marga, Jnana Marga, dan Raja Marga. Bhakti Marga dilakukan dengan mendekatkan diri dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasinya, Karma Marga dapat dilakukan dengan pengabdian atau kerja tanpa pamrih, Jnana Marga dapat dilakukan dengan ilmu pengetahuan dan Raja Marga dapat dilakukan dengan melakukan tahapan-tahapan Astangga Yoga yang isinya adalah pengendalian diri dan pikiran secara berkelanjutan. Berhasil mencapai Moksa merupakan tujuan hidup dari seluruh umat Hindu agar terhindar dari kelahiran kembali dan seluruh sisa karma yang harus di perbaiki. Oleh karena itu, sebagai umat yang beragama kita harus mampu menekuni serta mengamalkan ajaran agama dengan baik dan seksama . Perkembangan zaman saat ini tentu membawa banyak pengaruh baik maupun buruk dalam kehidupan seluruh makhluk di dunia. Untuk itu, kita harus memiliki dasar keyakinan yang kuat dalam menjalani kehidupan agar terhidar dari segala pengaruh buruk tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline