Apa yang dilakukan Ganjar selama ini dianggap pencitraan.
“Ah, biasa aja kali,” begitu jawab Ganjar.
Dalam politik, pencitraan itu hal wajar dan memang hal yang biasa. Hasil kerja itu perlu dipublikasi. Dipamerkan bahkan. Dipresentasikan sedemikian rupa kepada publik.
Itu semua dilakukan memang demi mendapatkan citra. Lalu apa yang salah anggapan pencitraan itu dialamatkan ke Ganjar?
Ganjar melakukan semua kegiatan dan kinerjanya dengan senang. Kemana-mana direkam, didokumentasi dan dikreasi sedemikian rupa untuk didistribusi ke platform medsos.
Bukankah semua hal yang dilakukan Ganjar itu bagus. Jika pun itu bermakna pencitraan. Bukankah juga sebuah pencitraan yang bagus.
Ada keterbukaan. Ada hal yang nyata dilakukan Ganjar dalam kesehariannya. Kalau kemudian ada pertanyaan, apa sih tugas seorang Gubernur? Tentu dengan mengikuti tayangan-tayangan medsos Ganjar itu, kita dapat mafhum.
Dalam sehari ada hingga lebih dari 5 kegiatan dilakukan Ganjar. Sidak ke pasar, menghadiri musrenbang, berkunjung ke ponpes, mengunjungi UMKM, meninjau proyek dan kegiatan lainnya. Semua itu didokumentasi dan dikabarkan ke publik.
Kalau kemudian Ganjar mendapatkan sebutan Gubernur Medsos, juga apa salahnya? Bukankah memang benar, banyak kegiatan dan kinerjanya didistribusi di medsos.
Dengan sebanyak itu kabar Ganjar di medsos, apa yang terbaca dan tertelaah di pikiran kita selain pencitraan yang bernada miring?
Ganjar bekerja keras. Sangat nyata eksistensi dan keberadaannya. Ia suka guyon, komunikatif dan cair, menjadikan suasana kegiatan dan lahan kerja yang dihadapinya hangat, guyub dan ada kegembiraan.