Lihat ke Halaman Asli

Dwiki Nuwangsa

Content Creator | Mahasiswa

Debat Memanas: Gibran vs Mahfud, Kontroversi Seputar "Greenflation" dalam Debat ke-4 Pilpres 2024

Diperbarui: 21 Januari 2024   22:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Screenshot/YouTube KPU).

Dalam debat keempat Pilpres 2024, perdebatan sengit antara calon wakil presiden nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, dan nomor urut 3, Mahfud MD, menjadi pusat perhatian. Salah satu sorotan utama adalah pertanyaan yang diajukan oleh Gibran terkait dengan "Greenflation" - suatu istilah yang menggambarkan kenaikan harga material mentah dan energi selama transisi menuju energi hijau.

Greenflation menjadi topik yang semakin relevan seiring dengan meningkatnya komitmen global untuk melaksanakan langkah-langkah menuju energi yang lebih ramah lingkungan. Ini menciptakan tantangan ekonomi yang perlu ditanggapi dengan bijak.

Gibran Rakabuming Raka mengungkapkan kekhawatirannya terkait greenflation dan dampaknya terhadap perekonomian. Dalam menjawab pertanyaan Gibran, Mahfud MD menilai pertanyaan tersebut tidak layak untuk dijawab, menyatakan bahwa jawaban yang diberikan oleh Gibran dianggap "ngawur" atau tidak jelas.

Greenflation sendiri merujuk pada kenaikan harga material mentah dan energi yang diperlukan untuk mendukung langkah-langkah transisi hijau. Fluktuasi harga bahan mentah, peristiwa geopolitik, dan peningkatan pengeluaran untuk teknologi bebas karbon menjadi pemicu utama greenflation.

Isu ini menciptakan ketegangan di antara para calon wakil presiden, mencerminkan perbedaan pendapat dalam menanggapi tantangan ekonomi yang muncul selama transisi hijau. Sebagai respons terhadap perdebatan ini, para pakar dan ekonom juga menyoroti perlunya langkah-langkah bijak dalam menjaga keseimbangan antara pelestarian lingkungan dan stabilitas ekonomi.

Dalam konteks global, gejolak ekonomi yang dipicu perang di Ukraina juga menjadi faktor yang memperumit isu greenflation. Peningkatan harga bahan mentah dapat berdampak pada stabilitas ekonomi di berbagai sektor.

Sebagai negara yang berkomitmen pada transisi hijau, Indonesia dihadapkan pada tugas menyeimbangkan antara keberlanjutan lingkungan dan kestabilan ekonomi. Perdebatan ini menyoroti pentingnya kolaborasi antar-negara dan inovasi dalam menghadapi tantangan greenflation serta mendukung pengembangan teknologi ramah lingkungan.

Dalam menghadapi greenflation, pemahaman mendalam terhadap dampak dan solusi yang efektif menjadi kunci dalam membentuk kebijakan yang berkelanjutan dan mendorong perubahan positif menuju masa depan yang lebih hijau. Debat ini memberikan pengingat penting akan kompleksitas yang terlibat dalam mencapai tujuan pelestarian lingkungan tanpa mengorbankan stabilitas ekonomi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline