Lihat ke Halaman Asli

Dikritik Gara-gara Kalimat Salam Sejahtera

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengalaman yang pernah saya alami ini cukup menggelikan. Pada suatu pertemuan Reuni Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Solo di Jakarta dua tahun lalu, seorang alumni mengkritik surat undangan yang diterimanya. Gara-garanya ada kalimat "Salam Sejahtera" di bagian pembuka surat. Saya jelas tertohok kritik tersebut, lantaran konsep surat saya sendiri yang membuat. Pula yang mengirim ke kurang lebih 100 undangan.

Sesungguhnya, hemat saya, format surat undangan yang dibuat itu standar. Khas surat undangan ala HMI. Ada kalimat pembuka Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Dan kalimat penutup klasik Billahittaufiq Wal Hidayah; Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Yang dipersoalkan, setelah kalimat pembuka Assalamua'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, kemudian saya tulis, "Salam sejahtera mengawali segenap kata, semoga Allah SWT senantiasa mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita. Amiin." Lantas ke inti bagian surat dan seterusnya.

Menurut si pengkritik tersebut, kalimat "Salam Sejahtera" itu tidak mencerminkan Islam. Tidak islami. Itu punyanya Nasrani. Dan seterusnya hingga ia mengunci kritiknya seraya mengatakan, "Besok lagi jika membuat surat undangan serupa hendaknya tidak ada lagi kalimat "Salam Sejahtera"!

Saya sendiri sebenarnya geram mendengar kritik itu. Untungnya saya tahan. Tatkala mendapat kesempatan klarifikasi, hanya saya katakan kritik (bahasa lisannya masukan) diterima. Coba bayangkan, sudah capek-capek mengorganisir kegiatan nirlaba semacam Reuni Alumni HMI itu --bahkan kadang nombok-- masih ada saja yang mempersoalkan hal sepele semacam kalimat "salam sejahtera" itu.

Pikir saya, orang yang mengatakan bahwa kalimat "Salam Sejahtera" milik suatu kaum (dalam hal ini Nasrani) sesungguhnya picik jalan pikirannya. Tidak ada dalil yang bisa dipegang berkenaan dengan penggunaan kalimat tersebut. Sebabnya, kalimat dimaksud sifatnya generik. Dapat dipakai dan dipergunakan kepada siapa saja dalam lingkungan NKRI. Bukankah begitu?

Sumber Gambar: http://groups.yahoo.com

Posting ini juga tayang beberapa menit silam di Dwiki Setiyawan's Blog.

*****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline